Hari Anak Nasional ke-40 pada tanggal 23 Juli 2024 bertema “Anak Terlindungi, Indonesia Maju”menjadi momentum yang mengingatkan kita terhadap pentingnya anak-anak yang sehat dan cerdas untuk memajukan suatu negara. Anak merupakan merupakan cerminan masa depan suatu negara, sehingga memastikan kesehatan, kesejahteraan, dan terpenuhinya hak mereka sebagai seorang anak dan warga negara merupakan suatu kewajiban yang harus diamalkan. Dalam ranah pertumbuhan dan perkembangan yang sehat, tentu bukan hanya negara yang ikut andil di dalamnya, namun seluruh lapisan masyarakat juga berperan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan seorang anak.
Menurut Kemenkes tahun 2024, Kemenkes selaku leading sektor kesehatan akan berusaha untuk mewujudkan dua upaya strategis, yakni memastikan setiap anak tumbuh berkembang melalui intervensi pencegahan stunting yang telah berlangsung dan memberikan perlindungan dari penyakit berbahaya, salah satunya polio. Menurut World Health Organization (2019), tercatat sebanyak 5,2 juta anak berusia kurang dari 5 tahun meninggal. Penyebab terbanyak dari kematian anak yakni infeksi saluran nafas, diare, campak, malaria, malnutrisi, dan penyakit bawaan lahir. Terdapat banyak penyakit anak yang sebenarnya dapat dicegah dengan vaksin, perawatan di rumah yang adekuat, layanan kesehatan, hingga peningkatan konsumsi ASI, dan perbaikan nutrisi.
Strategi yang dapat dilakukan untuk memperkuat dan mengidentifikasi intervensi yang dapat dilakukan pada bayi dan anak di fasilitas kesehatan primer. Fokus dari intervensi ini adalah bayi baru lahir hingga usia 3 tahun yang memiliki risiko morbiditas dan mortalitas paling tinggi. Intervensi yang dapat dilakukan yakni:
- Asupan bayi dan anak
- Menyusui eksklusif 6 bulan
- MPASI mulai 6 bulan
- Melanjutkan ASI hingga minimal 2 tahun
- Nutrisi
- Memantau pertumbuhan
- Manajemen malnutrisi akut derajat sedang dan berat tanpa komplikasi
- Manajemen defisiensi mikronutrien
- Suplementasi vitamin A pada populasi defisiensi vitamin A
- Mengobati cacingan dan suplementasi besi untuk mencegah dan mengobati anemia anak
- Prevensi dan manajemen berat badan rendah dan stunting
- Prevensi dan manajemen berat badan berlebih dan obesitas
- Vaksinasi
- Imunisasi rutin termasuk Haemophilus influenza tipe b, meningococcal, pneumococcal, dan rotavirus
- Pencegahan dan manajemen penyakit pada anak-anak
- Menggunakan kelambu anti serangga
- Manajemen malaria dan demam
- Manajemen pneumonia tanpa komplikasi dan wheezing
- Manajemen diare dan disentri
- Mengenali memberikan, perawatan awal, dan merujuk kasus berat atau kasus komplikasi
- Skrining riwayat keluarga
- HIV dan tuberkulosis
- Skrining anak dengan atau yang terpapar HIV atau tuberkulosis atau anak dengan malnutrisi akut berat
- Memberikan perawatan yang sesuai dan rujukan
- Konseling, rawat jalan, serta memberikan dukungan nutrisi dan psikososial
- Cedera
- Manajemen dan merujuk cedera akut yang umum (jatuh, fraktur, tenggelam, cedera kepala)
- Memberikan saran untuk mencegah cedera
- Perkembangan di masa anak-anak
- Screening, manajemen dan merujuk keterlambatan perkembangan, disabilitas, dan tanda-tanda kekerasan
- Mempromosikan aktivitas rumah untuk mendukung pembelajaran kesiapan sekolah, dan edukasi di masa anak-anak awal
Selain hal-hal tersebut yang dapat kita lakukan bagi bayi baru lahir hingga anak, kapasitas kesehatan primer dapat meningkatkan mutu pelayanan bagi kesehatan anak. Strategi peningkatan mutu di tingkat layanan primer bagi anak adalah:
A. Monitoring Berkelanjutan
Tim staf fasilitas akan dilatih oleh fasilitator eksternal untuk memulai review dan perencanaan terhadap kesehatan anak. Tim akan dilatih berdasarkan metodologi. Tim bersama dengan fasilitator akan membentuk asesmen, mendukung, serta membentuk rencana peningkatan mutu per 3 bulan. Proses ini kemudian akan diulang oleh staf internal sebagai asesmen mandiri untuk memantau proses peningkatan mutunya.
B. Evaluasi Eksternal secara Periodik untuk Mendukung Perencanaan di Tingkat Distrik, Provinsi, dan Nasional
Tim evaluator fasilitas akan dilatih di pusat pelatihan. Setelah itu, tim akan mengunjungi fasilitas kesehatan primer sebagai percontohan dan menggunakan tool/checklists yang akan dilakukan kepada pengasuh anak mengenai tanda bahaya, vaksinasi dan vitamin A, diare, batuk dan kesulitan bernafas, demam, HIV, cedera, kekerasan, dan penelantaran, perkembangan anak, kepada anak dalam bentuk skrining kesehatan, kebersihan lingkungan, ketersediaan obat-obatan, kebijakan, tatalaksana dan standar pelayanan kesehatan, validasi data anak-anak sakit, serta jumlah pelatihan tenaga kesehatan dalam 5 tahun terakhir untuk memantau kesiapan fasilitas kesehatan dalam memberikan manajemen kesehatan anak. Ketika data dari fasilitas kesehatan primer telah siap, selanjutnya tim akan kembali ke pusat pelatihan dan me-review data yang diperoleh.
Saat kedua tahapan tersebut telah dilaksanakan, setiap checklist perlu diidentifikasi kekuatan dan letak area yang perlu dikembangkan. Setelah didiskusikan lebih lanjut, maka dapat ditentukan area prioritas yang akan menjadi target peningkatan mutu selanjutnya. Diskusi checklist perlu memetakan alasan dasar terjadinya masalah, waktu dan penanggung jawab saat masalah tersebut muncul, dan identifikasi langkah yang harus diambil untuk mengatasi masalah tersebut.
Selengkapnya dapat diakses melalui:
https://iris.who.int/bitstream/handle/10665/376464/9789290620426-eng.pdf?sequence=1