Reporter: Andriani Yulianti (Peneliti Divisi Manajemen Mutu, PKMK FK KMK UGM)
Diskusi Seri I dalam rangka memperingat hari keselamatan pasien sedunia 2021 dengan topik Diskusi Gambaran Umum Keselamatan Ibu dan Bayi di Indonesia,s telah dilaksanakan pada tanggal 10 September 2021, menghadirkan peserta yang berasal dari fasilitas layanan kesehatan tingkat dasar maupun tingkat lanjut, organisasi profesi, maupun akademisi. Kegiatan dimulai dengan penyampaian laporan oleh dr. Erna Mulati, M.Sc, CMFM selaku Direktur Kesehatan Keluarga Kemenkes RI, yang menyampaikan bahwa diskusi dilakukan untuk mengupayakan persalinan yang aman dan bermartabat. Sehingga kedepan masih akan ada 5 kegiatan lagi yang akan menjadi kelanjutan dalam rangka memperingat hari keselamatan pasien sedunia, dan acara puncaknya akan dilaksanakan pada tanggal 17 September 2021 di RSAB Harapan Kita.
Tujuan dari pertemuan ini diharapkan semua element memiliki gerakan dan komitmen bersama untuk menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi (AKI-AKB). Diskusi Kemudian dilanjutkan pembukaan oleh Prof. dr. Abdul Kadir, Ph.D, Sp.THT-KL(K), MARS selaku Dirjen Yankes Kemenkes RI dan keynote speech oleh drg. Kartini Rustandi, M.Kes selaku Plt Dirjen Kesmas Kemenkes RI dengan menekankan pentingnya keselamatan ibu dan bayi sebagai prioritas pembangunan nasional. Diskusi selanjutnya dimoderatori oleh dr.Sunarto, bersama dengan 4 narasumber lainnya yakni dr. Bambang Tutuko, Sp.An.KIC (Ketua KNKP), dr. M. Subuh, MPPM (Ketua Adinkes), dr. Kuntjoro Adi Purjanto, M.Kes (Ketua PERSI), dr. Arjaty W. Daud, MARS (Anggota KNKP).
drg. Kartini Rustandi, M.Kes menekankan perlunya mempersiapkan seorang ibu hamil dalam keadaan sehat. Diaketahui bahwa konsep besar sudah banyak disampaikan oleh para ahli, namun yang paling penting bagaimana mengimplementasikan dengan baik dan masyarakat menjadi paham apa yang harus mereka lakukan dan dapat melakukan pemeriksaan, baik semasa hamil, persalinan dengan persalinan yang aman, dan pentingnya peran keluarga dan kader sehingga upaya yang kita lakukan dapat bermanfaat dengan baik. Selanjutnya dr. Bambang Tutuko, Sp.An.KIC menyampaikan materi Program Komite Nasional Keselamatan Pasien (KNKP) dalam mendorong percepatan kesadaran keselamatan pasien menuju fasilitas pelayanan kesehatan tanpa seorang pun cedera, disampaikan bahwa komite keselamatan pasien sejak tahun 2020 terbagi menjadi 4 sub komite yakni menyiapkan tim IT yang mengawal SP2KN dan sistem pelaporan di website untuk semua fasyankes, melakukan update aplikasi e-report dan alert sistem, revisi buku pedoman pelaporan IKP.
dr Bambang menegaskan bahwa ancaman keselamatan pasien mempunyai potensi berasal dari penyebab yang sama, sehingga dapat diselesaikan dengan solusi yang serupa. Visi, misi dan tujuan Global pasrient safety action plan 2021-2030 juga telah dituangkan dalam kerangka kerja matrix 7x5 yakni:1) Kebijakan untuk menghilangkan bahaya yang dapat dhindari dalam layanan Kesehatan, 2) Sistem dengan keandalan tinggi, 3) Keamanan proses klinis, 4) Keterlibatan pasien dan keluarga, 5) Pendidikan keterampilan&keselamatan tenaga kesehatan, 6) Informasi penelitian, manajemen resiko, 7) Sinergi kemitraan dan solidaritas. Di akhir sesinya dr Bambang mengajak semua pemangku terutama para tenaga kesehatan untuk meningkatkan kesadaran dan keselamatan pasien, serta menjadikan momentum WPSD untuk mempercepat tindakan yang diperlukan untuk memastikan persalinan yang aman dan terhormat. Serta diharapkan menggunakan standar, sasaran dan langkah-langkah keselamatan pasien untuk meminimalisir cidera yang bisa dicegah pada ibu hamil, melahirkan dan bayi baru lahir.
Pemateri selanjutnya, edr. M. Subuh, MPPM menyampaikan materi mengenai upaya dinas kesehatan dalam peningkatan layanan KIA dan pencegahan kematian ibu dan bayi di masa Pandemi, disampaikan bahwa persepsi tentang keselamatan pasien harus menerus kita lakukan sosialisasi, bila perlu persepsi tersebut masuk kedalam program prioritas nasional. Disampaikan juga oleh bahwa Pandemi tidak hanya menguji sistem kesehatan kita namun juga menguji mental kita, dimana di daerah memiliki tekanan politik dan apa yang menjadi dampaknya harus diantisipasi, terlebih saat ini kita justru dihadapkan pada multiple morbiditas. Dikatakan juga bahwa peran daerah sangat sentral dengan adanya Standar Pelayanan Minimal (SPM), bila dilihat dari regulasi yang ada, dari total 12 pelayanan minimal bidang kesehatan yang menjadi urusan wajib yang harus dilaksanakan oleh kabupaten/kota, ada 6 diantaranya berkaitan dengan ibu dan anak yakni; kesehatan ibu hamil, bersalin, BBLR, Balita, pada usia pendidikan dasar dan pada usia produktif. dr Subuh juga menekankan pentingnya peran kepemimpinan yang merupakan faktor kunci dalam meningkatkan layanan KIA di masa pandemi yakni kemampuan komunikasi resiko, kesiapan cegah tangkal, laboratorium, Faskes dan kecukupan nakes, kesiapan memberi alert serta adanya simulasi dari berbagai aktifitas.
Selanjutnya, dr. Kuntjoro Adi Purjanto, M.Kes menyampaikan materi terkait kesiapan rumah sakit dalam penyediaan pelayanan rujukan ibu dan bayi di era pandemic, bahwa tata kelola rumah sakit seharusnya dilakukan melalui penerapan fungsi-fungsi RS yang berdasarkan prinsip-prinsip trasparansi, akuntabilitas, independensi dan responsibilitas, kesetaraan dan kewajiban meliputi penerapan fungsi manajemen klinis, diantaranya: kepemimpinan klinik, audit klinis, data klinis, risiko klinis berbasis bukti, peningkatan kinerja, pengelolaan keluhan, mekanisme monitor hasil pelayanan, pengembangan professional, dan akreditasi Rumah Sakit. dr Kuntjoro juga menekankan bahwa kesalahan itu tindakan yang manusiawi, namun menutupi kesalahan merupakan tindakan yang tidak dapat dimaafkan. Inovasi juga tidak boleh dilakukan dengan mengorbankan pasien. Diketahui bahwa semua diharapkan terus melakukan perubahan namun harus dilakukan dengan sebaik-baiknya baik dan sebenar-benarnya benar yang berbasis dari knowlegde management dan evidance base. Terutama saat ini rumah sakit dihadapkan pada tuntutan revolusi industri 4.0 dan surge capacity.
Pembicara terakhir yakni dr. Arjaty W. Daud, MARS membawakan materi mengenai manajemen risiko pada keselamatan Ibu dan Bayi yang menekankan perlunya pendekatan hulu dan hingga ke hilir yakni saat sebelum, saat hamil, saat melahirkan dan setelah melahirkan dengan menggunakan pendekatan; 1) Proaktif yakni melakukan identifikasi risiko secara dini (early warning system) untuk mendeteksi risiko wanita hamil, sehingga dapat direncanakan pencegahan secara dini (early prevention program), 2) Komprehensif terkait dengan faktor masyarakat (community based), dan faktor ibu hamil (individual based), Fasyankes dan Para pemangku kepentingan, 3) Menyeluruh/holisitik dan terintegrasi disemua tingkatan pelayanan di Fasyankes, 4) Preventif dengan analisa penanganan strategi mitigasi risiko.
Secara keseluruhan rangkaian acara berjalan dengan baik dan diikuti dengan antusias oleh peserta yang menembus angka 1000 peserta, dan akan dilanjutkan hingga memasuki acara puncak yakni pada tanggal 17 September 2021.