Reportase Pelatihan Penerapan Klasifikasi Robson
Hotel Phoenix Yogyakarta, 8-9 Juni 2021
Reporter: Andriani Yulianti (Peneliti PKMK FK KMK UGM)
Yogyakarta, Pelatihan penerapan Klasifikasi Robson telah dilaksanakan pada tanggal 8-9 Juni 2021, menghadirkan peserta yang berasal dari RSUD Panembahan Senopati Bantul dan RSKIA Sadewa Yogyakarta, kegiatan ini merupakan kerja sama Direktorat Kesehatan Keluarga, Kementerian Kesehatan R.I berkolaborasi dengan Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK FK KMK UGM), yang bertujuan meningkatkan kemampuan Rumah Sakit dalam menerapkan Klasifikasi Robson, serta meningkatkan kemampuan Rumah Sakit dalam melaksanakan audit kasus SC dengan Klasifikasi Robson.
Pertemuan ini dibuka dengan sambutan oleh dr. Muhammad Yusuf, MKM (Perwakilan Direktorat Kesehatan Keluarga) dan Ketua tim Robson yakni dr. Detty Siti Nurdiati, MPH, Ph.D, Sp.OG(K). Serta menghadirkan narasumber yakni Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K), Ph.D, dr. Detty Siti Nurdiati, MPH, Ph.D, Sp.OG(K), dr. Irwan Taufiqurrahman, Sp.OG (K) dan dr. Diannisa Ikarumi Sp.OG(K), yang sekaligus sebagai tim penyusun modul penerapan Klasifikasi Robson untuk meningkatkan patient safety.
Pengantar dibuka dengan menjelaskan mengenai tingginya kejadian SC di Indonesia, yang menimbulkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi serta tidak sejalan dengan upaya mengejar penurunan angka kematian ibu dan bayi sesuai RPJMN 2024. Dari data SDKI 2017 diketahui tren SC di Indonesia meningkat dari tahun 1997–2017 dari 4,3% menjadi 17%.
Kemudian disampaikan oleh ketua Tim Robson pada penerapan Robson diharapkan dalam jangka panjang terjadi penurunan angka kejadian SC yang tidak optimal/tidak perlu, penurunan angka kesakitan dan kematian akibat tindakan SC yang tidak optimal/tidak perlu, seperti perdarahan, jumlah tranfusi darah, infeksi, lama rawat, kondisi bayi, masuk RS kembali dalam 1 minggu serta berharap akan menjadi rekomendasi ke Kementerian Kesehatan untuk menerapkan Klasifikasi Robson.
Disampaikan pula, setelah pelatihan Klasifikasi Robson, akan ada pendampingan lanjutan yang akan dilakukan oleh tim PKMK FK-KMK UGM secara luring dan daring, pengisian formulir Robson (4 bulan sebelum pelatihan) dan 4 bulan setelah pelatihan, pengelolaan data untuk dapat dianalisis oleh tim RS, analisis untuk dipresentasikan di RS sebagai bahan audit, serta evaluasi yang dilakukan setiap saat pada pendampingan untuk identifikasi dan mengatasi kendala dengan segera.
Pemateri berikutnya, dr. Irwan juga memberikan gambaran mengenai klasifikasi Robson, bahwa saat ini penerapan Klasifikasi Robson sudah digunakan di 100 negara, dan direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO), International Federation of Gynecology and Obstetrics dan European Board of Obstetrics and Gynecology.
Sistem penilaian Klasifikasi Robson dilakukan saat ibu hamil tiba di tempat layanan kesehatan dan bermanfaat untuk membandingkan angka SC di lima tingkat fasilitas kesehatan, baik itu di pelayanan dasar/primer, pelayanan dasar (khusus), pelayanan spesialistis, pelayanan multi spesialistis/subspesialistis dan pelayanan multi spesialistis/subspesialistis dengan kasus kompleksitas tinggi. Disampaikan juga bahwa hasil systematic review menunjukkan bahwa Klasifikasi Robson sederhana, kuat, terpercaya dan fleksibel.
Pemaparan materi dilanjutkan oleh dr. Detty mengenai cara pengelompokkan 10 klasifikasi Robson, bahwa setiap ibu hamil yang akan melahirkan di fasilitas pelayanan kesehatan secara pervaginam maupun sesar dapat digolongkan ke dalam salah satu 10 kelompok Robson. Dalam menentukan pengelompokkan Robson perlu pemahaman tentang variabel klasifikasi Robson.
Variabel klasifikasi tersebut yakni: paritas, riwayat SC, onset persalinan, jumlah janin, usia kehamilan, letak janin dan presentasi. Pengumpulan data untuk pengelompokkan klasifikasi Robson dapat dilakukan menggunakan rekam medis dan spreadsheet atau kalkulator otomatis. Berikut 10 mengelompokkan klasfikasi Robson:
Grup | Deskripsi |
1 | Ibu nulipara, janin tunggal presentasi kepala, ≥ 37 minggu, lahir spontan |
2 | Ibu nulipara, janin tunggal presentasi kepala, ≥ 37 minggu, lahir dengan induksi atau riwayat SC |
3 | Ibu multipara, tanpa riwayat SC, janin tunggal, presentasi kepala, UK ≥ 37 minggu, dalam persalinan spontan. |
4 | Ibu multipara, tanpa riwayat SC, janin tunggal, presentasi kepala, UK ≥ 37 minggu, induksi persalinan / SC sebelum persalinan. |
5 | Semua Ibu multipara, riwayat SC, janin tunggal, presentasi kepala, UK ≥ 37 minggu. |
6 | Semua Ibu nullipara, janin tunggal, presentasi bokong. |
7 | Semua Ibu multipara, janin tunggal, presentasi bokong, termasuk dengan riwayat SC. |
8 | Semua Ibu hamil kembar, termasuk dengan riwayat SC. |
9 | Semua Ibu hamil, janin tunggal, letak lintang/oblique, termasuk dengan riwayat SC. |
10 | Semua Ibu hamil, janin tunggal, presentasi kepala, UK < 37 minggu, termasuk dengan riwayat SC. |
Selanjutnya, dr.Dianisa menekankan cara melakukan analisa data setelah melakukan penggolongan Robson, dilakukan dengan melakukan proses penilaian kualitas data dan penilaian terhadap populasi dari data yang sudah terkumpul serta memberikan interpretasi lanjut dengan cara membandingkan hasil ketentuan yang ada di tabel nilai rujukan Robson dengan nilai yang ditemukan di Rumah Sakit.
Kemudian melakukan audit data yang terkumpul dari formulir tabel laporan dengan mengidentifikasi masalah dan memberikan solusi terhadap permasalahan yang sedang dihadapi, dengan cara melakukan proses penilaian terhadap populasi dari data yang sudah terkumpul, dengan cara membandingkan hasil ketentuan yang ada di nilai rujukan table audit Robson dengan nilai yang ditemukan di Rumah Sakit.
Setelah melakukan proses Analisa data dan audit, selanjutnya dr Irwan sebagai pemateri terakhir juga mengajak peserta untuk melakukan proses identifikasi masalah, menemukan akar masalah sehingga dapat menemukan rekomendasi yang operasional, agar kejadian serupa tidak terjadi secara berulang. Setelah menemukan rekomendasi maka peserta diminta untuk kembali berdiskusi mengenai manakah rekomendasi prioritas yang dapat dilaksanakan sesuai dengan sumber daya yang ada di RS, kemudian dilanjutkan dengan menyusun rencana tindak lanjut.
Secara keseluruhan rangkaian acara berjalan dengan baik dan diikuti dengan antusias oleh peserta, karena pelatihan klasifikasi Robson merupakan hal yang baru dan sangat baik untuk memperbaiki proses penetapan indikasi SC untuk meningkatkan keselamatan pasien.
Lebih lengkap materi pertemuan dapat di akses melalui link berikut