Learn, Connect, Growth | Tingkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan Indonesia

Headline

(Hari Ketiga, 30 September 2015)

Haichao Lei, PhD
Deputy DG, Beijing Health and Family Planning Commission
Improving Healthcare Quality and Safety in China
Policies, Practices and Progresses

5okt2

Seiring meningkatnya populasi di negara Cina, kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang memadai pun turut bertambah. Menyiasati hal ini, pemerintah Cina telah melakukan identifikasi tantangan dan menetapkan strategi jangka panjang untuk menjawab tantangan tersebut. Strategi ini dituangkan dalam bentuk perbaikan sistem, penerbitan kebijakan, dan peningkatan sumberdaya. Semuanya dilakukan dengan satu tujuan yaitu menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berpusat pada pasien dengan mengedepankan kualitas dan keamanan.

Melihat kompleksnya layanan kesehatan dan banyaknya perbedaan standar layanan pada institusi-institusi kesehatan yang ada, pemerintah Cina menetapkan rumah sakit-rumah sakit tertentu sebagai pusat layanan dan rujukan kesehatan. Pada sistem ini, rumah sakit tersebut berafiliasi dengan lembaga kesehatan lainnya agar melancarkan proses rujukan dan transfer pengetahuan. Beberapa contoh adalah penetapan Peking Union Medical College Hospital sebagai pusat layanan gawat darurat, anastesi, dan peawatan intensif, lalu penetapan Beijing Tiantan Hospital dan Beijing Ditan Hospital sebagai pusat layanan neurologi dan penyakit infeksi. Tentunya penetapan menjadi pusat layanan kesehatan disesuaikan dengan keunggulan dan fasilitas masing-masing rumah sakit.

Hal lain yang dilakukan adalah penetapan clinical pathway dan guidelines. Sejak tahun 2009, pemerintah Cina telah menyusun 331 kategori penyakit melalui beberapa pilot projects, saat ini pathway dan guidelines tersebut telah digunakan di 3467 rumah sakit dan 25503 departemen. Ditargetkan pada tahun 2017, seluruh rumah sakit tersier dan 80% rumah sakit tingkat dua telah menggunakan clinical pathway dan guidelines yang sama.

Demi meningkatkan jumlah dan kualitas tenaga kesehatan, pemerintah Cina mengeluarkan kebijakan yang memungkinkan terjadinya regenerasi tenaga-tenaga kesehatan, baik dokter, perawat ataupun tenaga medis pendukung lainnya. Perawat-perawat diposisikan untuk menjadi rekan dan pendamping para dokter dalam meberikan layanan kesehatan. Calon dokter dan dokter muda dilatih dalam sistem yang memungkinkan mereka untuk didampingi oleh para ahli dengan rasio yang lebih sedikit. Para dokter pun dimotivasi untuk mengambil pendidikan berkelanjutan di pusat-pusat pendidikan medis di Cina.

Penjaminan standar layanan kesehatan pun diberikan oleh pemerintah Cina dalam bentuk akreditasi yang dilakukan secara berkala baik terjadwal maupun tidak terjadwal. Jenis penilaian yang dilakukan meliputi kualitas, keamanan, layanan, manajemen, kepuasan pasien dan performa institusi. Standar-standar kegiatan dan program pun ditetapkan seperti pengadaan checklist, diskusi kasus kematian, alur kamar operasi, diskusi pra operasi dan manajemen rekam medis pasien.

Terkait rekam medis, pemerintah Cina menciptakan sistem rekam medis nasional khusus untuk kualitas layanan kesehatan. Sistem ini memungkinkan pemerintah untuk memonitor dan mengevaluasi layanan kesehatan yang diberikan, seperti volume adverse events ataupun kualitas layanan per diagnosis. Pelaporan kejadian secara online juga dapat dilakukan dengan ketentuan kejadian umum harus dilaporkan dalam 15 hari, kejadian besar dalam 12 jam, dan kejadian berat dalam 2 jam.

Seluruh usaha ini tidak hanya membuahkan hasil namun juga tantangan lain untuk ke depannya. Hasil yang dapat dilihat saat ini adalah telah terbentuknya sistem untuk perbaikan kualitas dan keamanan kesehatan, meningkatnya kesadaran untuk memberikan layanan berkualitas, inisiasi partisipasi masyarakat, meningkatnya investasi di bidang kesehatan, kualitas layanan dan kepuasan masyarakat. Sedangkan tantangan ke depannya adalah kemampuan pengawasan dan evaluasi harus diperkuat, kekurangan sumberdaya, dan meningkatnya pasar layanan kesehatan swasta.

Prof. Sir Bruce Keogh
National Medical Director
NHS England

Di manakah titik awal layanan kesehatan yang berkualitas?

Prof. Bruce Keogh, National Medical Director - NHS England, menjelaskan bahwa layanan kesehatan berkualitas akan berawal dari kualitas perawatan medis pasien. Hal ini penting untuk disadari karena pengalaman pasien akan menentukan apakah suatu institusi kesehatan telah memberikan layanan kesehatan berkualitas atau tidak.

Kualitas layanan ditentukan oleh tiga hal, efektifitas, keamanan dan kenyamanan pasien. Untuk menjamin kualitas tercapai, kita tidak hanya membutuhkan kebijakan atau program, namun juga sistem evaluasi dan umpan balik.

Saat ini kita berhadapan dengan masa yang penuh tantangan, kebutuhan akan layanan berkualitas terus meningkat, biaya kesehatan juga turut meningkat, ditambah pasien memiliki harapan lebih atas layanan yang diterimanya. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa untuk mencapai layanan berkualitas terdapat tujuh langkah yang harus dilewati, yaitu mendefinisikan kualitas, menentukan kerangka penilaian kualitas, mempublikasikan informasi tersebut, memberikan apresiasi kepada orang dengan performa terbaik, menempatkan clinical leadership dengan tepat, memotivasi perbaikan dan kemajuan dalam layanan media, serta terakhir adalah memastikan program ini berkelanjutan dan dapat beroperasi secara mandiri.

Pada masa kini dan mendatang, sangatlah penting untuk institusi atau organisasi terus melakukan inovasi, karena inovasi inilah yang akan menjembatani antara pencapaian kualitas dan produktivitas yang diharapkan. Dunia kesehatan dipengaruhi oleh banyak hal, namun ada 4 hal terpenting yang patut dicermati, yaitu aspek ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi, serta perkembangan demografi.

Dalam beberapa tahun ke depan, ilmu genetika akan memainkan peranan penting dalam perubahan pada penanganan medis pasien. Perkembangan gaya hidup modern yang ditunjang oleh teknologi dan transparansi informasi akan turut mengubah lapangan industri kesehatan. Populasi lanjut usia yang semakin banyak dan jumlah penderita penyakit kronis yang meningkat akan menyusun ulang prioritas kita dalam menghadapi isu kesehatan.

Seluruh hal ini tentunya akan menjadikan proses transisi sebagai suatu proses yang super kompleks dan berlapis-lapis. Oleh karena itu perlu diingat, seperti apapun dinamika yang terjadi, satu hal yang tidak boleh berubah adalah rasa kemanusiaan kita dalam menangani sesama, ini adalah prinsip dalam memberikan layanan berkualitas, begitulah Prof. Bruce Keogh mengakhiri penjabarannya yang inspiratif.

Achieving the Aspiration for Universal Health Care Coverage
(30 September 2015)

Dr. San Guay Huang
Director General, NHI Taiwan

Taiwan telah merintis sistem jaminan kesehatan nasional sejak tahun 1950. Berawal dari asuransi bagi para pekerja hingga saat ini menjadi sebuah jaminan kesehatan bagi seluruh masyarakat.

Dalam dua dekade ini banyak perubahan, inovasi dan perbaikan yang telah dilakukan. Semuanya telah berbuah sebagai pencapaian seperti biaya kesehatan yang terjangkau, layanan kesehatan yang mudah diakses, peningkatan kualitas layanan kesehatan, penanganan kesehatan bagi pasien dengan kecacatan atau kekurangan, kepuasan pasien yang tinggi, dan jaminan kesehatan bagi semua.

Dengan dibangunnya sistem rekam medis nasional, struktur layanan kesehatan menjadi semakin kuat dan siap untuk dikembangkan sesuai tantangan ke depannya. Pemerintah menargetkan bahwa sistem "My Health Bank" menjadi sistem yang dapat dengan mudah diakses oleh pasien untuk mendapatkan riwayat medisnya. Selain itu sistem ini juga sejalan dengan rencana pemerintah untuk membuat pondasi bagi inovasi struktur kesehantan di masa depan. Beberapa hal yang menjadi prioritas adalah sistem perawatan jangka panjang, inovasi perangkat lunak seperti Health Apps yang dapat diakses melalui smartphone, inovasi perangkat keras seperti pembuatan wearable devices untuk memonitor kondis kesehatan pasien secara real time dan mandiri, penunjang bagi pengembangan industri farmasi seperti pemantauan uji klinis dan obat baru, asuransi jiwa untuk menyusun rencana medis sesuai kebutuhan individu, dan penunjang akuntabilitas serta transparansi industri kesehatan.

Seluruh usaha ini adalah untuk menjadikan sistem kesehatan Taiwan sebagi sistem yang dapat mendampingi masyarakat sejak lahir hingga wafat. Diharapkan seluruh rencana penanganan medis dapat lebih terstruktur dan terintegrasi serta menghasikan medical outcome yang lebih berkualitas.

Dr. Vivian Lin
Director, Health Systems, WHO Western Pacific Regional Office

WHO percaya bahwa Universal Health Care Coverage adalah salah satu langkah terpenting dalam memajukan kualitas kesehatan suatu negara. Negara yang kuat membutuhkan penduduk yang sehat agar dapat terus membangun dan mencapai kemakmuran.

Saat ini, masyarakat di Asia belum memiliki kepercayaan yang penuh akan layanan kesehatan primer di negaranya. Hal inilah yang menyebabkan sebagian besar dari mereka memadati rumah sakit untuk mendapatkan layanan kesehatannya. Oleh karena itu demi membangun sistem jaminan kesehatan yang kuat, perbaikan perlu dimulai dari tingkat layanan kesehatan primer.

Beberapa fokus perbaikan ini adalah keselamatan pasien atau patient safety, kualitas layanan serta medical outcome, dan memotivasi pelaksanaan layanan serta program kesehatan preventif. Demi menjamin hal ini terjadi WHO selalu berusaha untuk menjalin hubungan dengan para pemangku jabatan tertinggi dan pembuat keputusan. WHO ingin para pemimpin menyadari bahwa tugas mereka bukan hanya menyelenggarakan layanan kesehatan tapi juga menentukan arah dan alur dari layanan kesehatan itu sendiri. Dengan usaha ini diharapkan hubungan antara rumah sakit dan layanan kesehatan tingkat primer akan harmonis dan tidak berjarak seperti saat ini.

Diagnostics for Safety - Half Day Course
Azhar Ali, MD - Executive Director IHI
Frank Frederico, RPh - Executive Director IHI
(30 September 2015)

Dalam proses layanan kesehatan sehari-hari kita merekam banyak data. Sebagian besar dari kita memproses data ini untuk mendapatkan gambaran kondisi di lapangan dan melakukan evaluasi serta perbaikan bila diperlukan.

Sekian banyak metode untuk mengumpulkan dan menganalisa data, maka menjadi sangat penting untuk menggunakan metode tertentu sesuai kebutuhan dari organisasi. Secara umum data digunakan untuk 3 hal, yaitu riset dan penelitian, menilai akuntabilitas, dan proses perbaikan serta pengembangan.

Jumlah responden yang diperlukan pun berbeda-beda tergantung dari kebutuhan. Apabila kita ingin melakukan proyek perbaikan, maka sampel yang kecil akan cukup untuk menyusun sebuah rencana. Namun sebaliknya bila untuk keperluan riset dan penelitian, maka data yang dibutuhkan akan sangat banyak demi menjustifikasi hasil penelitian nantinya.

Pada website Institute of Healthcare Improvement (IHI), kita dapat menggali berbagai metode dan modul yang bisa digunakan untuk pengolahan data sesuai kebutuhan organisasi. Seperti pada mortality review direkomendasikan menggunakan matriks 2x2. Lalu metode observasi, yang biasa digunakan untuk mendapatkan data lapangan yang objektif atas alur atau kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya.

IHI juga menyediakan beberapa tools lain seperti IHI Global Trigger Tool, yang menggarisbawahi pentingnya mengidentifikasi kejadian yang menyebabkan harm dan bukan semata-mata mencari kejadian error. Kejadian error yang biasanya bersandar pada laporan sukarela para tenaga kesehatan, biasanya tidak menggambarkan kejadian utuh karena ada kemungkinan informasi yang tidak disertakan. Dengan menggunakan global trigger tool yang mencari trigger dari kejadian harm, kita dapat mengevaluasi kejadian yang sebenarnya terjadi di rumah sakit. Secara garis besar mekanisme Global Trigger Tool ini adalah sisihkan waktu sekitar 20 menit, lakukan review dari coding summary, lakukan review dari discharge summary, review hasil laboratorium, radiologi dan laporan prosedur, apabila masih ada waktu lebih, dapat dilakukan review atas catatan keperawatan.

Tool lain yang dapat digunakan adalah Waste Identification Tool. Ini dipakai untuk mengevaluasi tempat tidur yang terpakai untuk perawatan, infeksi yang terkait layanan kesehatan, adverse event yang disebabkan pengobatan, komplikasi tindakan, rawat inap yang tidak diperlukan, alur layanan yang tertunda serta pengobatan atau tindakan yang tertunda.

Perlu digarisbawahi agar tool ini dan hasilnya dapat menghasilkan hasil yang maksimal, maka proses survei sebaiknya dilakukan oleh tenaga kesehatan terkait dan bukan oleh manajemen. Fungsi manajemen adalah untuk menentukan arah, membangun sistem pendukung dan melakukan review atas hasil-hasil survei ini demi penciptaan kebijakan dan pengembangan sistem yang lebih baik. Oleh karena itu tool ini dapat menjadi media untuk membangun hubungan antara tenaga kesehatan operasional dengan manajemen.

Kunci organisasi kesehatan yang baik adalah ketika setiap yang terlibat di dalamnya mempunyai rasa hormat satu sama lain dan terutama mempunyai rasa hormat terhadap pasien. Rasa hormat ini dapat tumbuh apabila setiap proses survei, pengolahan data, dan penerbitan hasil dilakukan dengan mengedepankan kolaborasi dan transparan. Memulai budaya ini dapat diawali dengan melakukan beberapa proyek kecil yang melibatkan tenaga kesehatan dan akan lebih baik bila dipimpin langsung oleh dokter rumah sakit.

Tujuan akhir dari pengolahan data ini adalah untuk mendapatkan hasil yang relevan, yang berguna untuk pengembangan yang lebih baik. Dan tentunya dapat berkontribusi dalam pembangunan sistem yang memperluas kesempatan bagi tenaga kesehatan melakukan yang benar dengan cara terbaik.

Closing

Improve, Innovate, Inspire: The Leadership We Need for Health Care Reform
Donald M. Berwick, MD
President Emeritus and Senior Fellow - IHI
(30 September 2015)

"It is important to get knowledge, but it's also important to let go."

Pelajaran ini diperoleh oleh Mr. Donald M. Berwick dari pengalaman selama hidupnya sebagai dokter anak, pimpinan rumah sakit, pimpinan organisasi IHI, dan penasihat utama pemerintah AS dalam program Medicare/Medicaid.

Beliau dibesarkan dalam sistem kesehatan yang menjadikan Dokter sebagai unit tersendiri, yang memiliki pengetahuan sendiri, mengambil keputusan sendiri, dan menentukan segala sesuatu sendiri. Hal ini mungkin masih relevan pada masa itu, di mana tenaga kesehatan masih sedikit, ilmu pengetahuan sedang berkembang, akses informasi dan komunikasi terbatas, serta sistem kesehatan yang masih sederhana.

Namun saat ini, dengan pengetahuan yang berkembang pesat, akses informasi yang tak terbatas, harapan pasien yang semakin tinggi, serta sistem kesehatan yang kompleks, tentunya mentalitas tersebut akan membawa lebih banyak dampak negatif dibanding positif.

Dinamika dunia kesehatan saat ini membutuhkan kolaborasi, integrasi dan transparansi agar bisa maju bersama. Sudah bukan saatnya lagi berpikir untuk menjadi yang terbaik sendiri karena pasti pencapaian akan terbatas, tapi dengan maju bersama maka pencapaian manusia di dunia kesehatan akan lebih jauh lagi.

Kesehatan bukan hanya ditentukan oleh pelayanan kesehatan, terdapat banyak hal lagi yang berkontribusi pada kesehatan masyarakat. Dengan berkembangnya isu kesehatan saat ini seperti pasien lanjut usia, penyakit kronis, meningkatnya biaya kesehatan, transparansi, teknologi, dan pelayanan berfokus pasien, saatnya kita menumbuhkan kerjasama multi sektor, multi dimensi, dan antar negara. Pelajaran dan pencapaian di satu negara dapat menjadi solusi atau peringatan bagi pengembangan kesehatan di negara lain.

Inovasi penting dan harus terus dilakukan. Oleh karena itu IHI telah memperbarui pandanganya atas redesain pengembangan kesehatan saat ini menjadi change the balance of power, standardize what makes sense, customize to the individual, promote wellbeing, create joy in work, make it easy, move knowledge - not people, collaborate/cooperate, assume abundance, dan return the money.

Sebagai penutup presentasi dan forum kali ini, Mr. Donald M. Berwick mengajukan satu permohonan, "Health and well being are intimately related to social justice, equality, compassion in public and private institutions, and stewardship of limited resources. Professionals ought to be vocal, passionate, and unified in their insistence on these moral commitments."

Sampai bertemu di International Forum selanjutnya di Gothenburg pada April 2016 dan Singapura pada September 2016.

Oleh: dr. Mochamad Muska Nataliansyah
Reportase International Forum on Quality and Safety in Healthcare: Asia
Hong Kong Convention and Exhibition Centre
28 - 30 September 2015

(Hari Kedua, 29 September 2015)

day1-1Kegiatan hari kedua dimulai dengan pembukaan oleh kedua kepala komite International Forum on Quality and Safety in Healthcare: Asia, Dr. Lui Siu Fai dan Goran Henriks. Acara berlangsung meriah dengan kehadiran tari barongsai yang menandakan dimulainya forum internasional di Hong Kong.

Turut memberikan sambutan adalah Dr. Fiona Goodlee, Editor in Chief BMJ dan Dr. Margaret Chan, General Director of WHO, yang memberikan pidatonya melalui jaringan video. Fiona menyambut baik kehadiran acara ini di Asia karena akan mendukung dinamika perkembangan kualitas dan keselamatan dunia kesehatan, terutama pada masa jaminan kesehatan nasional ini.

Rangkaian program pembukaan ditutup dengan pidato dari Mr. CY. Leung, Chief Executive Hong Kong Special Administrative Region. Leung mengapresiasi pemilihan Hong Kong sebagai lokasi forum internasional ini, harapannya adalah forum ini dapat menginspirasi para partisipan untuk bersama-sama memajukan dunia kesehatan di Asia.

Keynote Presentation
Improve Connections: New Ways To Think About Triple Aims
Maureen Bisognano, President & Chief Executive Officer of The Institute for Healthcare Improvement (IHI)

day1-1Saat ini dunia kesehatan sedang menghadapi beberapa tantangan yang akan mempengaruhi bagaimana pelayanan kesehatan diberikan selama beberapa waktu ke depan. Tantangan tersebut adalah populasi lanjut usia yang semakin besar dan volume masyarakat dengan penyakit kronis.

Menjawab tantangan tersebut, IHI menyadari pentingnya kolaborasi semua pihak terkait. Demi menyatukan visi ke depan, IHI menjabarkan tiga target penting dalam dunia kesehatan, yaitu memperbaiki pengalaman pasien dalam pelayanan kesehatan (termasuk kualitas dan kepuasan), memperbaiki kesehatan populasi, dan mengurangi biaya pelayanan kesehatan per kapita.

Perubahan terjadi dengan sangat cepat, sehingga dibutuhkan respon tanggap dan tepat. Tanggung jawab ini tidak dapat dibawa oleh satu orang atau satu bagian, namun harus menjadi tanggung jawab bersama. Oleh karena itu, sangat penting bagi setiap pihak yang tekait untuk menjalin hubungan keluar secara baik, demi bertukar pengetahuan, mendapatkan teknologi serta inspirasi baru.

Fokus layanan pun harus berubah menuju pelayanan kesehatan berfokus pada pasien. Pasien harus diberdayakan dan terlibat dalam proses layanan kesehatan. Identifikasi kebutuhan pasien pun menjadi sangat penting, tidak hanya terkait penyakitnya namun juga terhadap kebutuhan-kebutuhan yang dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Pada masyarakat yang sehat hal ini pun berlaku, kegiatan-kegiatan yang bersifat preventif dan membudayakan hidup sehat perlu diidentifikasi, demi memastikan status kesehatan yang lebih baik dan biaya penanganan yang lebih efisien.

Para partisipan perlu terus mengasah keingintahuannya agar selalu terjadi perbaikan dalam sistem yang akan mengarah kepada kualitas pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien yang lebih baik. Salah satu hal yang penting adalah memastikan tempat kita bekerja memberikan nilai dan kebahagiaan bagi yang menjalaninya, ini akan mendukung kinerja dan kualitas yang diberikan dalam melayani pasien.

Beberapa konsep perubahan yang perlu dilakukan adalah change the balance of power, standardize what makes sense, customize to the individual, promote wellbeing, create joy in work, make it easy, move knowledge not people, collaborate/cooperate, assume abundance, return the money. Hal inilah yang menjadi dasar pemikiran baru dalam menjalankan tiga targer penting dalam dunia kesehatan.

Lessons from Leadership of Large Healthcare System

  1. Quality Care and Risk Management
    Dr. Pak Yin Leung, Chief Executive, Hospital Authority, Hong Kong SAR

day1-1Dari pengalamannya menangani isu kesehatan di Hong Kong, Dr. Pak menggarisbawahi bahwa resiko dalam dunia kesehatan adalah multi dimensi, sehingga penanganan secara individu merupakan strategi yang tidak dapat digunakan lagi. Penanganan yang dilakukan dengan kolaborasi dan didukung sistem informasi terintegrasi terbukti dapat memberikan hasil yang lebih baik.

Hal ini dilakukan oleh departemennya melalui sistem informasi teknologi yang memungkinkan terjalinnya komunikasi yang lebih lancar dan antisipasi tantangan yang lebih tepat, seperti kekurangan tenaga medis atau fasilitas ynag perlu diperbaikii. Sistem manajemen resiko ini juga dapat membantu mereka menentukan skala prioritas dalam menangani isu kesehatan di Hong Kong, sehingga penanganan yang diberikan dapat lebih tepat guna dan perkembangan dapat diarahkan sesuai kebutuhan pasien.

  1. Sweden - The Journey to Patient Centered Organisation
    Goran Henriks, Chief Executive of Learning & Innovation, Jonkoping County Council, Sweden

day1-8Salah satu tantangan yang dihadapi oleh Swedia adalah masih kurangnya partisipasi atau keterlibatan pasien dalam penanganan kesehatannya. Selain itu biaya kesehatan yang tinggi juga menjadi tantangan tersendiri. Untuk menjawab tantangan ini, Jonkoping County menerapkan program-program yang berfokus pada pasien, yang memungkinkan pasien untuk melakukan penanganan kesehatan mandiri. Mereka juga mengembangkan pelayanan kesehatan di rumah sehingga mengurangi angka kunjungan rumah sakit yang tidak diperlukan.

Awal dari kesuksesan program-program ini adalah membangun kepercayaan masyarakat terhadap institusi kesehatan. Hal ini dimulai dengan membangun layanan kesehatan primer yang kuat dapat diandalkan, sehingga angka kunjungan RS dapat berkurang dan jumlah tempat tidur rawat inap pun berkurang. Satu hal yang menarik adalah karena fungsi layanan kesehatan primer yang kuat, kebijakan kesehatan yang dibuat pun lebih banyak dipengaruhi oleh dokter-dokter keluarga dibandingkan spesialis.

Buah dari usaha ini menjadikan Jonkoping, Swedia menjadi salah satu kota paling sehat berdasarkan daftar 10 kota tersehat versi CNN. Institusi kesehatan mereka juga merupakan satu-satunya institusi kesehatan yang memperoleh Malcolm Baldrige Award sebanyak empat kali, sebagai tanda apresiasi atas kualitas layanan kesehatan yang diberikan oleh Jonkoping, Swedia.

  1. Cambodia - Quality Improvement at National Level
    Prof. Thir Kruy, Secretary of State, Ministry of Health, Cambodia

day1-8Kamboja merupakan negara dengan tingkat GDP yang rendah namun telah memiliki rencana kesehatan berkelanjutan untuk beberapa masa ke depan. Tantangan yang dihadapi beragam namun tujuannya hampir sama dengan tujuan kesehatan negara lain, yaitu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien.

Benang merah dari usaha-usaha untuk melakukan perbaikan kesehatan ini adalah pentingnya komunikasi antara pihak-pihak terkait, budaya keterlibatan penuh dari pekerja kesehatan, hal ini dapat dimotivasi dengan bentuk-bentuk insentif. Pelatihan yang intensif dan berkelanjutan perlu dilakukan bagi semua yang terlibat, lalu mendefinisikan tujuan dan program secara jelas akan menjadi kunci dari kesuksesan program itu sendiri.

Human Factors - Half Day Mini Course

Frank Frederico, Executive Director, Institute for Healthcare Improvement
Azhar Ali, Executive Director, Institute for Healthcare Improvement

day1-8Sesi ini dimulai dengan pernyataan bahwa error adalah hal umum yang dapat terjadi. Sebenarnya bukan "no blame culture" yang mesti dihindari namun bagaimana caranya menciptakan lingkungan kerja yang adil dan seimbang.

Dalam mengidentifikasi error, biasanya akan ditemukan berlapis sebab yang mengarah terjadinya suatu error. Salah satu hal yang menjadi penyebab error adalah faktor kondisi manusia. Seringkali manusia melakukan "overestimate abilities, underestimate limitations" yang kemudian dapat menyebabkan error. Pada kenyataannya kita tidak dapat melakukan multi tasking karena otak manusia didesain dalam bentuk kompartemen-kompartemen.

Dari seluruh hal yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang, dua hal yang biasa menyebabkan error adalah kelelahan dan stres. Kedua hal ini dapat mempengaruhi kita dalam mengamati sesuatu, berkomunikasi dan mengambil keputusan. Sistem atau kebijakan yang baik akan meminimalisasi kemungkinan ini terjadi, baik dalam bentuk desain atau definisi yang mudah dimengerti.

Standarisasi juga penting sehingga menciptakan keseragaman dan kerutinan dalam melakukan suatu pekerjaan, namun tentunya standar ini harus relevan dan terus dikaji secara berkala. Standarisasi yang baik akan memberikan arahan yang tepat juga ketika sesuatu yang di luar kebiasaan terjadi. Inilah yang menjadikan sistem alarm penting, agar menjadi penanda atau pengingat ketika terjadi sesuatu yang abnormal, sehingga langkah-langkah preventif dapat diambil lebih awal.

Kemajuan teknologi saat ini dapat membantu kita mengurangi terjadinya error. Sistem pemrograman dan alarm dapat diintegrasikan dengan alur kegiatan sehari-hari. Akan sangat baik apabila pengembangan sistem dan kebijakan kerja melibatkan secara penuh tenaga kesehatan yang terlibat untuk menumbuhkan rasa kepemilikan dan kedisiplinan yang lebih tinggi. Kita tidak dapat merubah karakter dasar seseorang, tapi kita dapat mengubah sistem dan lingkungan tempat orang itu bekerja.

Keynote Presentation

Innovate - The Future of Healthcare Innovation

  1. Marc Andrew Koska
    OBE Inventor of the K1 Auto Disable Syringe & Founder of Safe Point

day1-8Sesi keynote pada sore hari diisi oleh tiga pembicara yang memiliki pengalaman dalam industri kreatif. Diharapkan sesi ini dapat memberikan inspirasi bagi pelaku industri kesehatan untuk berkreasi dan melakukan inovasi dalam pelayanan kesehatan.

Pembicara pertama membawakan presentasi mengenai produk alat suntik sekali pakai yang akan patah setelah digunakan. Produk ini dinamakan Syringe Lifesaver.

Inspirasi awal dari produk ini adalah sebuah keprihatinan atas kejadian sehari-sehari di layanan kesehatan primer negara berkembang, di mana sebuah alat suntik sekali pakai dapat dipakai berkali-kali baik pada pasien dewasa atau anak. Hal ini dapat menimbulkan kejadian infeksi menular serius pada populasi yang besar. Keprihatinan ini tumbuh menjadi sebuah aksi untuk mendesain alat suntik sekali pakai yang akan patah setelah pemakaian.

Dengan latar belakang pendidikan desain, dirancang sebuah produk alat suntik unik yang menggunakan mesin yang sama, harga yang sama dan penggunaan yang sama dengan alat suntik sekali pakai yang umum dipakai. Tujuan dari prinsip ini adalah untuk memastikan produk baru ini dapat dengan mudah digunakan tanpa penambahan biaya namun dengan penggunaan yang lebih aman.

WHO turut memberikan dukungan atas usaha ini, namun untuk kesuksesan program ini ke depannya, dibutuhkan dukungan dan kerjasama dari pembuat kebijakan, penyedia dana, pabrik, kementerian kesehatan, tenaga kesehatan, dan pasien.

  1. Angelo Umali, Co Founder & CEO
    Simple Wearables

Studi ekonomi menyatakan bahwa Internet of Things dan Wearable Devices akan menjadi trend besar dunia dalam beberapa tahun mendatang. Bukti atas hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya sambungan internet dan penggunaan mobile devices saat ini. Diproyeksikan pada 2020, Internet of Things akan mencapai puncaknya.

Trend ini juga ditunjang dengan mudahnya setiap orang menciptakan prototipe alat-alat yang dapat terhubung dengan jaringan/internet, atau yang disebut internet of things. Bisnis saat ini pun mendapatkan banyak keuntungan dari perkembangan internet of things ini.

Masyarakat sudah dapat melihat perkembangan internet of things dengan wearable devices yang mereka gunakan sehari-hari, seperti Apple Watch dan Fitbit. Namun selain untuk merekam jumlah aktivitas yang mereka lakukan, masyarakat juga berharap agar wearable devices yang mereka gunakan dapat merekam informasi medis. Hal ini mulai dikembangkan dalam bentuk "medical sensors to go" dan "invisible sensors".

Dari pengalaman pribadinya, Mr. Angelo Umali mendesain suatu wearable devices yang responsif, prediktif, kolaboratif, memiliki fungsi GPS dan konektivitas baik dengan jaringan telepon atau jaringan internet. Desain ini dimulai dengan kejadian jatuh di rumah pada nenek Mr. Umali yang menyebabkan beliau wafat karena penanganan medis yang terlambat. Diharapkan dengan alat ini pelayanan kesehatan dapat menjalin hubungan yang lebih dekat dengan pasiennya. Lebih daripada itu alat ini juga dapat membantu layanan gawat darurat, jaminan asuransi, telekomunikasi, dan analisa data kesehatan pasien.

  1. Tom Mehrmann
    Chief Executive, Ocean Park Corporation

Ocean Park merupakan salah satu taman bermain terbesar di Hong Kong dan Cina. Kepemilikan sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah dan merupakan organisasi nirlaba. Tujuan yang membedakan dengan taman bermain lainnya adalah aspirasi untuk menghubungkan pengunjung dengan alam.

Pada awal kepemimpinan Mr. Tom Mehrmann, Ocean Park hanya memiliki modal terbatas, namun dengan komitmen, disiplin, rencana kerja yang terstruktur, beliau dapat memimpin perusahaan ini hingga menjadi taman bermain yang paling banyak dikunjung di Cina dan nomor empat dengan pengunjung terbanyak di dunia.

Sifat kepemimpinan yang dijalankan dan ditanamkan kepada seluruh staf adalah rasa ingin tahu yang tidak terbatas, memiliki rasa tanggung jawab, memiliki selera humor yang baik, passion, memiliki keberanian, mempunyai inisiatif, kreatif dan inovatif, memiliki sense of urgency, persistensi dan kepercayaan diri.

Beberapa prinsip organisasi yang dijalankan sejak awal adalah menumbuhkan rasa kepemilikan dari seluruh staf, pimpinan harus selalu terhubung dengan staf di lapangan, terus berinovasi dan berubah untuk perbaikan, dan selalu memberi kembali kepada masyarakat dan lingkungan.

 

m-muskhaOleh: dr. Mochamad Muska Nataliansyah
Reportase International Forum on Quality and Safety in Healthcare: Asia
Hong Kong Convention and Exhibition Centre
28 - 30 September 2015

(Hari Pertama, 28 September 2015)

Sebelum pembukaan forum secara resmi pada tanggal 29 September 2015. Sehari sebelumnya dilaksanakan kegiatan-kegiatan khusus berupa studi banding dan pelatihan sehari penuh. Peserta bisa memilih tujuan studi banding antara kunjungan ke Ocean Park atau Princess Margaret Hospital dan Prince Wales Hospital. Sementara untuk program pelatihan, peserta dapat mengikuti kelas mengenai kemampuan untuk melakukan perbaikan atau kelas mengenai perangkat yang dapat digunakan untuk melakukan perbaikan kualitas.

Pada kesempatan ini, penulis memilih untuk mengikuti kelas mengenai kemampuan untuk melakukan perbaikan. Kelas ini dipilih dengan alasan tujuan awal dari keikutsertaan ini adalah agar mendapatkan teknik dan informasi terbaru yang dapat diterapkan secara praktis ketika kembali ke Indonesia.

day1-aKelas ini dipandu oleh David M. Williams, PhD dan Azhar Ali, MD, keduanya adalah executive director di Institute of Healthcare Improvement (IHI). David memiliki latar belakang sebagai paramedis dan memulai sesi dengan mengajukan pertanyaan, "Apakah yang Anda harapkan setelah selesai mengikuti kelas ini?". Jawaban peserta cukup beragam namun satu benang merah, yaitu ingin melakukan perbaikan di negara asal dengan mengintegrasikan segenap sumber daya yang ada.

Presentasi dan teori disampaikan secara lugas dan terstruktur. Garis besar deskripsi dari perbaikan dan proses yang terjadi di dalamnya diberikan lewat beberapa slide awal. Fokus pada kelas ini dititik beratkan pada proses perbaikan kualitas, bukan pada proses rencana atau pengawasan dan evaluasi.

Demi mendapatkan pemahaman yang mendalam akan sistem atau hal yang ingin diperbaiki, kita perlu mencermati empat aspek yang membentuk piramida pemahaman, yaitu penghargaan atas sistem, pengetahuan teoritikal, psikologi, dan variasi. Keempat aspek ini selalu terkait dalam memahami dan menjalankan proses perubahan. Kita tidak perlu menjadi ahli yang menguasai keempat hal ini, namun piramida ini dapat menjadi suatu bentuk daftar yang harus dipenuhi ketika melakukan perubahan.

David M. Williams juga menyampaikan pentingnya memadukan antara pengetahuan teoritikal dengan kenyataan di lapangan. Perbaikan akan terjadi ketika kita dapat menerjemahkan pengetahuan teoritikal menjadi solusi bagi tantangan yang dihadapi di lapangan.

Setelah pemahaman didapatkan maka dibutuhkan kerangka untuk menentukan kapasitas dari perbaikan. Menjawab hal tersebut, para pengisi sesi menjabarkan suatu struktur yang menggambarkan seberapa besar informasi yang perlu disampaikan kepada semua orang dan informasi mana yang hanya perlu diketahui oleh sebagian kecil. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi informasi berlebih pada individu yang terlibat pada perbaikan ini.

Ketika menjalankan proses perbaikan, kita perlu menanyakan 3 hal secara bertingkat; Tujuan apa yang ingin kita capai? Bagaimana kita mengetahui bahwa perubahan yang terjadi nantinya merupakan perbaikan? Perbaikan seperti apa yang dapat kita lakukan agar terjadi perbaikan? Setelah kita menjawab tiga pertanyaan ini dan memadukannya dengan sistem PDSA (Plan, Do, Study, Act) maka kita dapat menyusun sebuah model untuk perbaikan.

Dalam menentukan perbaikan yang perlu dilakukan, kita perlu memiliki daftar prioritas. Langkah pertama adalah melakukan proyek-proyek kecil pada populasi tertentu, hal ini dapat dilakukan selama 3-9 bulan, lalu dilakukan evaluasi, apabila berhasil maka perbaikan dapat diterapkan pada populasi yang lebih besar.

day1-aHal-hal yang dapat mendukung proses perbaikan adalah ketersediaan data awal dan proyeksi yang diharapkan, dukungan dari bagian terkait, kemampuan komunikasi dan memadukan pengetahuan teori dan perbaikan yang diharapkan, serta menciptakan standar pencapaian dan evaluasi berkala, untuk memastikan perbaikan terjadi secara perlahan-lahan namun konsisten.

Sebagai penutup, ditampilkan sebuah video (www.youtube.com/watch?v=iWYIWE7SKcM) mengenai proses perbaikan yang dilakukan sekelompok anak TK. Ini disampaikan untuk menginspirasi peserta bahwa hal ini dapat dilakukan oleh siapapun, selama terdapat niat dan keinginan untuk menciptakan perubahan yang lebih baik.

 

Oleh: dr. Mochamad Muska Nataliansyah
Reportase International Forum on Quality and Safety in Healthcare: Asia
Hong Kong Convention and Exhibition Centre
28 - 30 September 2015

Pendahuluan

Dalam tulisan sebelumnya, telah dibahas beberapa pertimbangan dalam menyusun indikator mutu rumah sakit. Indikator perlu dipresentasikan untuk memberikan gambaran mutu rumah sakit. Presentasi ini baik berupa presentasi tim mutu rumah sakit ke kalangan manajemen puncak, presentasi direktur kepada surveyor akreditasi, maupun advokasi manajemen puncak ke tingkat pemilik rumah sakit (pemerintah pusat, pemerintah daerah, yayasan, maupun korporasi).

Dalam beberapa kesempatan penulis menyaksikan presentasi tersebut, kerap terjadi data unggulan menjadi kurang diperhatikan karena disajikan kurang sempurna. Kerap pula penyaji harus menjelaskan ulang data tersebut dalam sesi tanya jawab. Akibatnya, waktu yang semestinya bisa digunakan untuk diskusi peningkatan mutu menjadi terbuang percuma.

Bagaimana menyajikan data indikator mutu dengan efisien? Tulisan ini akan mencoba mengupas beberapa pertimbangan utama sehingga dapat membantu pembaca menentukan strategi penyajian data indikator mutu rumah sakit tersebut dalam sebuah presentasi lisan. Ilustrasi yang digunakan dalam tulisan ini bukan merupakan data asli salah satu rumah sakit dan hanya digunakan dengan tujuan mendukung ide-ide dalam tulisan ini. Selamat menikmati.

Tipe Data Indikator Mutu Rumah Sakit

Dalam pembicaraan mengenai pengelolaan indikator mutu rumah sakit, selalu muncul istilah "data". Dianggap sebagai objek yang sudah dikenal, data jarang didefinisikan. Untuk menghindari beragam definisi data, mari kita sepakati data sebagai keterangan yang menggambarkan persoalan atau hasil dari pengamatan karakteristik tertentu. Indikator mutu merupakan pengukuran yang diwujudkan dalam angka (Takaki et al., 2013; Collopy, 2000), maka hasil pengamatan indikator mutu boleh kita sebut sebagai data.

Ada berbagai cara mengklasifikasi data. Untuk tujuan penyajian indikator mutu rumah sakit ini, kita akan menggolongkan data menjadi dua, yaitu data kategorik dan data kuantitatif (Bahna & McLarty, 2009). Data kategorik memiliki karakteristik tertentu yang ditentukan sebelum data diambil. Data kategorik biasa digolongkan menjadi tiga, yaitu nominal, ordinal, dan interval.

Data nominal adalah data kategori yang hanya bisa dijelaskan dengan nama, seperti misalnya nama instrumen bedah (bisturi, klem, kocher, pemegang jarum, dan pinset). Data nominal bisa memiliki banyak atribut seperti contoh sebelumnya, namun bisa juga berupa data biner yang hanya memiliki dua atribut seperti jenis kelamin (laki-laki dan perempuan). Walaupun indikator mutu rumah sakit selalu merupakan pecahan, tidak menutup kemungkinan data primernya berupa data nominal seperti contoh dalam tabel berikut ini.

Tabel 1 Ilustrasi data nominal infeksi luka operasi sebelum dan setelah intervensi. Dalam pengumpulan data, setiap pasien yang memenuhi kriteria dicatat apakah ada infeksi atau tidak: dua pilihan atribut yang ditentukan sebelumnya.

Indikator: Infeksi Luka Operasi

Intervensi

Total

Sebelum

Sesudah

Infeksi

56

21

77

Tidak Infeksi

280

363

643

Total

336

384

720

Data ordinal juga mempunyai atribut yang ditentukan sebelumnya dan setiap sampel masuk dalam salah satu kategori. Bedanya dengan data nominal adalah adanya penjejangan (pelapisan) yang tidak pasti jaraknya dalam data ordinal. Misalnya dalam survei kepuasan pasien instalasi gawat darurat, dibuat lima kategori kepuasan, yaitu sangat puas, puas, kurang puas, tidak puas, dan sangat tidak puas. Tidak ada jarak yang pasti antar kategori dalam data ordinal. Contoh data ordinal yang kerap dibahas dalam persiapan akreditasi rumah sakit adalah skala nyeri.

Jarak antar kategori membedakan data interval dan data nominal. Data interval mempunyai jarak antar kategori yang sama. Bulan-bulan dalam satu tahun adalah contoh data interval karena kurang lebih jaraknya sama, yaitu 30 hari.

Data kuantitatif berbeda dengan data kategori. Data kuantitatif terbagi menjadi dua, yaitu data kontinyu dan data diskret. Data kontinyu merupakan data hasil pengukuran yang teliti dan dapat pada angka berapa saja. Data diskret merupakan data yang merupakan pendekatan satuan terukur misalnya laju nadi (kali per menit), usia dalam tahun, dan lain-lain. Data diskret mirip sekali dengan data interval kecuali bahwa data interval biasanya hanya dalam kategori terbatas sementara data diskret bisa tak terbatas.

Pertimbangan Penyajian Data

Data dapat disajikan dengan teks, tabel, maupun tampilan grafis. Tampilan grafis lebih disukai daripada tampilan teks dan serba angka karena lebih efektif meninggalkan pesan walau juga dapat membawa ke arah yang salah (Stengel et al., 2008). Untuk menggunakannya, panduan dari van Belle, "struktur kalimat untuk menampilkan 2-5 angka, tabel untuk menampilkan informasi numerik yang lebih banyak, dan grafik untuk hubungan yang kompleks," masih relevan (Bahna & McLarty, 2009).

Menampilkan data dengan teks memang merupakan teknik yang paling umum walaupun jelas bukan pula yang terbaik. Menggunakan kalimat pendek yang tepat adalah satu-satunya cara optimalisasi penyajian data dengan teks.
Pilihan yang lebih baik dari teks adalah tabel. Tabel dapat menyajikan satu macam informasi namun juga mampu menampilkan hubungan lebih dari satu informasi. Kemampuan pemirsa memahami isi tabel bergantung pada desain tabel. Variabel kuantitatif harus diurutkan (kecil ke besar atau sebaliknya) atau dibuatkan interval. Penting untuk memastikan tidak ada kelompok variabel yang tumpang tindih.

Bila dalam tabel termuat data frekuensi, pertimbangkan untuk menambahkan persentase frekuensi tersebut. Penting juga untuk mempertimbangkan untuk menggabungkan kategori-kategori yang nilainya kecil menjadi satu kategori. Kategori-kategori tersebut perlu ditulis dengan jelas dan ringkas di bawah judul tabel yang juga jelas dan ringkas. Ingat bahwa orang cenderung lebih suka melihat tabel daripada teks, sehingga penting sekali agar tabel mudah ditemukan dan diingat.

Tabel 2. Contoh tabel interval kelompok umur dan frekuensinya. Tabel di sebelah kanan disajikan lebih baik.

Kelompok Umur

Frekuensi

Kelompok Umur

Frekuensi

1 – 5

10

1 – 4

9 (9%)

5 – 10

34

è

5 – 9

34 (34%)

10 – 15

38

9 – 14

38 (38%)

15 - 20

18

15 - 19

19 (19%)

Tampilan grafik memiliki dampak visual yang paling cepat, paling kuat, paling tahan lama namun kurang presisi (Bahna & McLarty, 2009). Grafik atau diagram paling mumpuni dalam menampilkan tren atau perbandingan. Bila grafik dibuat untuk menggantikan data (atau datanya bersumber) dari tabel, tidak perlu untuk menampilkan tabel asalnya. Dewasa ini, grafik atau diagram sangat mudah dibuat dengan program spreadsheet atau program pengolah data statistik lain. Walau demikian, setiap tipe grafik memiliki karakteristik tersendiri yang perlu dipahami sebelumnya. Pemahaman karakteristik grafik ini penting agar pesan yang disampaikan tidak "melenceng" dari maksud awal.

Penyajian indikator mutu dalam bentuk grafis sebaiknya mengikuti kebiasaan dalam penyajian data ilmiah, yaitu tidak mengubah grafis penyajian data menjadi sebuah karya seni. Penyajian diharapkan tetap efisien, tidak terlalu banyak pewarnaan yang tidak perlu, tumpang tindih tiga dimensi, dan dilengkapi dengan keterangan teks yang ringkas dengan ukuran yang seimbang dengan grafis (Stengel et al., 2008). Apabila diperlukan satuan, cantumkan juga satuan dengan jelas (Bahna & McLarty, 2009).

Diagram garis dan diagram batang paling sering dipakai dalam penyajian data. Diagram garis dipakai untuk menggambarkan perubahan nilai suatu variabel seiring dengan waktu, sementara diagram batang dipakai menggambarkan nilai beberapa variabel (Sonnad, 2002). Dalam presentasi indikator mutu, kerap ditemukan presenter yang menggambarkan perubahan indikator mutu seiring waktu menggunakan diagram batang karena dianggap lebih jelas mencitrakan perubahannya. Hal ini kurang tepat dan sebaiknya dihindari. Dalam menyajikan diagram batang dan garis, penting pula untuk memperhatikan skala pengukuran agar perbedaan nilai antar variabel atau antar periode waktu lebih mudah dilihat. Gambar berikut ini adalah contoh indikator mutu yang digambarkan dengan diagram garis dan diagram batang.

28sept-1

Gambar 1. Diagram garis di sebelah kiri menunjukkan penurunan angka kejadian infeksi luka operasi sementara diagram batang di sebelah kanan menunjukkan angka kejadian infeksi luka operasi di empat ruang perawatan bedah yang dibedakan berdasarkan jenis kelamin.

Diagram batang mirip dengan histogram. Dalam beberapa pembahasan bahkan keduanya dianggap sama. Histogram bentuknya memang hampir sama dengan diagram batang, namun keduanya melayani fungsi yang berbeda. Histogram menggambarkan distribusi frekuensi

28sept-2

Gambar 2. Seorang spesialis anestesi mengukur skala nyeri pasien 8 jam setelah operasi appendiktomi di sebuah rumah sakit selama tiga bulan. Distribusi frekuensi disajikan dalam histogram ini. Nilai mengukuran dicantumkan pada puncak batang untuk memudahkan pembacaan, karena ada nilai-nilai dengan rentang cukup jauh.

Diagram pie juga merupakan pilihan penyajian data yang menarik namun mungkin kurang bermanfaat dalam penyajian data indikator mutu. Diagram pie memiliki keunggulan menyajikan distribusi relatif suatu data dibandingkan totalnya (Bahna & McLarty, 2009). Beberapa diagram pie dapat digunakan untuk membandingkan data-data yang berbeda.

28sept-3

Gambar 3. Contoh diagram pie yang menunjukkan distribusi frekuensi kepuasan pasien instalasi gawat darurat di suatu rumah sakit.

Penyajian data indikator mutu rumah sakit dengan teks, tabel, dan grafik pada presentasi seperti disampaikan di atas merupakan upaya agar audiens mendapatkan informasi lebih banyak dibandingkan kalau mendengar saja atau melihat saja (Cipolla, n.d.). Untuk itu, membuat presentasi yang baik secara keseluruhan juga penting. Tetaplah penting untuk mempersiapkan presentasi, mempelajari topik, dan mengeksekusi presentasi dengan baik. Buatlah presentasi dengan pembukaan, topik utama, dan kesimpulan (Cipolla, n.d.). Penyajian data yang sudah dipersiapkan dengan baik sesuai paparan di atas tetap harus dikuasai dan dikomunikasikan dengan baik selama presentasi.

Penutup

Penyajian data indikator mutu rumah sakit dapat menjadi penentu masa depan penting rumah sakit. Paradigma keselamatan dan mutu yang selalu terkait dewasa ini, menjadikan pengukuran mutu menjadi hal utama dalam persiapan akreditasi rumah sakit maupun pengembangan rumah sakit. Ide utama dalam penyajian data indikator mutu rumah sakit semestinya dapat terkomunikasikan dengan baik. Penyajian data indikator mutu seperti yang diuraikan di atas diharapkan dapat berkontribusi pada penyajian data indikator mutu yang lebih baik dan bermanfaat bagi rumah sakit.

Bahan Bacaan

Bahna, S.L. & McLarty, J.W., 2009. Data Presentation. Annals of Asthma, Allergy, & Immunology, 103, pp.S15-21.
Cipolla, R., n.d. [Online] Available at: HYPERLINK "http://mi.eng.cam.ac.uk/~cipolla/archive/Presentations/MakingPresentations.pdf" http://mi.eng.cam.ac.uk/~cipolla/archive/Presentations/MakingPresentations.pdf [Accessed 2 September 2015].
Collopy, B.T., 2000. Clinical indicators in accreditation: an effective stimulus to improve patient care. International Journal for Quality in Health Care, 12(3), pp.211-16.
Sonnad, S.S., 2002. Describing Data: Statistical and Graphical Method. Radiology, 225(3), pp.622-28.
Stengel, D., Calori, G.M. & Giannoudis, P.V., 2008. Graphical Data Presentation. Injury, Int. J. Care Injured , 39, pp.659-65.
Takaki, O. et al., 2013. Graphical representation of quality indicators based on medical service ontology. Springer Plus, 2(274), pp.1-20.

Penulis

Artikel ini ditulis dr. Robertus Arian Datusanantyo, M.P.H. dan merupakan opini pribadi. Data yang dipakai dalam contoh adalah fiktif dan digunakan hanya untuk memperjelas maksud.