Penyakit kardiovaskular adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia. Setelah usia 40 tahun, risiko sepanjang hidup terhadap penyakit kardiovaskular untuk laki-laki adalah 49% dan untuk wanita adalah 32%. Di Amerika Serikat, penyakit kardiovaskular menghabiskan biaya lebih dari 108 Milyar Dollar setiap tahunnya meliputi biaya pelayanan kesehatan, obat, dan hilangnya produktivitas.
Pada 2009, American Heart Association (AHA) menerbitkan penyataan ilmiah tentang self care sebagai bagian dari manajemen gagal jantung. Dalam literatur kardiovaskular, self care mengacu pada kepatuhan pasien terhadap rekomendasi pengobatan, respon sistem dan adopsi gaya hidup sehat seperti berhenti merokok dan manajemen berat badan. Menurut rencana strategi the National Institute of Nursing Research (NINR) yang juga menekankan self care terhadap penyakit kronis, tujuan utama dari program ini untuk meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup pasien dengan penyakit kronis. Self care interventions berjalan melalui: antar pasien dan penyedia layanan kesehatan; dalam suatu program edukasi grup penyakit tertentu; di fasilitas kesehatan ataupun di rumah; disampaikan oleh pemimpin grup sebaya (peer leaders) ataupun layanan kesehatan; dan melalui teknologi interaktif.
Dalam review penelitian oleh Dickson et al (2013) yang mengambil sampel studi nurse led self care interventions, dimana perawat yang merupakan penanggung jawab dalam program ini, intervensi dimulai saat pasien di rumah sakit dilanjutkan dengan follow up saat pasien di rumah. Pasien, dalam hal ini penderita gagal jantung, diberikan edukasi serta dukungan perilaku self care misalnya kepatuhan minum obat dan pengecekan tekanan darah secara mandiri. Studi oleh Suh et al (2010) yang memanfaatkan perkembangan teknologi untuk memonitor kesehatan pasien jantung di rumah adalah Weight and Activity with Blood Pressure Monitoring System (WANDA B System). WANDA B dikembangkan oleh para peneliti dari UCLA Wireless Health Institute dan UCLA School of Nursing. WANDA B menyediakan aplikasi pemantauan berbasis website, aplikasi di iphone serta SMS Reminder dan alert system bagi pasien. Hal ini memungkinkan dokter atau perawat memantau kondisi pasien yaitu denyut jantung, tekanan darah sistolik dan diastolik serta berat badan pasien kapanpun dan dimanapun secara berkesinambungan. Sistem ini juga dapat mencegah situasi bahaya pada pasien karena dokter atau perawat bisa segera menilai kondisi pasien yang emergensi dari data yang real time. Hasil dari pemantauan ketat berat badan pasien menghasilkan penurunan angka rawat inap, meningkatkan kualitas hidup pasien dan mengurangi beban dari penyakit kardiovaskular dalam sistem pelayanan kesehatan (Suh et al., 2010).
Ditinjau dari sistem mikro pada rantai mutu rumah sakit menurut konsep Berwick, solusi pemantauan pasien jarak jauh ini melibatkan peranan penting dari tenaga medis diantaranya dokter (baik dokter spesialis atau umum) dan perawat. Hasil data yang real time ini membutuhkan kecekatan oleh tenaga medis dalam membuat keputusan untuk penanganan terbaik bagi pasien yang masuk ke dalam kondisi emergensi. Tenaga medis yang terlibat harus mengerti tentang sistem yang diterapkan di tempat mereka bekerja, misalnya penggunaan website, aplikasi, SMS ataupun metode yang lainnya. Kunci dari program ini adalah edukasi oleh tenaga medis kepada pasien sehingga manajemen pengobatan terintegrasi berjalan baik dan pasien berperan aktif. Dilihat dari konteks organisasi yakni manajer atau kepala sarana layanan kesehatan, program ini sangat membutuhkan kesiapan dan komitmen manajemen RS ataupun puskesmas baik dari segi dana, SDM, dan hal-hal teknis lainnya yang mendukung. Ide self care atau self management untuk penyakit kardiovaskular sudah banyak dikembangkan oleh berbagai negara termasuk di Indonesia. Manfaat dari self management tentu saja dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas pasien kardiovaskular. Bukan saja pasien yang mendapat dampak positif, tetapi klaim biaya pengobatan di sarana layanan kesehatan bisa ditekan sehingga, keberhasilan program ini terutama di Indonesia, perlu ditinjau lebih jauh lagi dan diterapkan dengan baik pada era JKN saat ini.
Oleh : dr. Novika Handayani
Referensi
DICKSON, V. V., NOCELLA, J., YOON, H. W., HAMMER, M., MELKUS, G. D. & CHYUN, D. 2013. Cardiovascular disease self-care interventions. Nurs Res Pract, 2013, 407608.
SUH, M.-K., EVANGELISTA, L. S., CHEN, V., HONG, W.-S., MACBETH, J., NAHAPETIAN, A., FIGUERAS, F.-J. & SARRAFZADEH, M. 2010. WANDA B.: Weight and activity with blood pressure monitoring system for heart failure patients. 1-6.