Kemenkes Rilis Kurikulum Pelatihan Penanganan Diabetes untuk Nakes
Jakarta, Beritasatu.com - Novo Nordisk Indonesia bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Kedutaan Besar Denmark untuk Indonesia, dan Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) meluncurkan kurikulum pelatihan penanganan diabetes terakreditasi untuk tenaga kesehatan (nakes) di seluruh Indonesia, Sabtu (25/6/2022).
Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono mengatakan peningkatan jumlah penderita diabetes dapat dicegah jika dilakukan upaya promotif dan preventif yang baik di tingkat pelayanan kesehatan primer.
Dante menuturkan saat ini Kemenkes sedang melakukan berbagai upaya transformatif dan memperluas deteksi dini di lokasi pelayanan kesehatan primer.
“Kami akan melakukan screening gula darah dan HbA1c di fasilitas kesehatan primer, target kami 100% sasaran tercapai pada 2024,” kata Dante dalam keterangan pers tertulis, Minggu (26/6/2022).
Dante menjelaskan bahwa bahwa peningkatan kapabilitas tenaga kesehatan juga merupakan bagian dari rencana Kemenkes untuk mencegah diabetes.
“Saya sangat mengapresiasi kerja sama bilateral dengan pemerintah Denmark dan juga Novo Nordisk Indonesia yang telah berkolaborasi dengan Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer (PKP), Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM), dan Direktorat Peningkatan Mutu Tenaga Kesehatan dalam penyusunan modul pelatihan komprehensif untuk dokter umum di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP),” ujarnya.
Sebagaimana diketahui, diabetes merupakan salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia karena menyebabkan tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Prevalensi diabetes terus meningkat karena banyaknya kasus yang tidak terdiagnosis.
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kemenkes, prevalensi diabetes telah meningkat sebanyak 10,9% pada 2018. International Diabetes Federation (IDF) juga menyebutkan bahwa jumlah penderita diabetes di Indonesia terus meningkat, dari 10,7 juta pada 2019 menjadi 19,5 juta pada 2021.
Jumlah ini membawa Indonesia naik ke peringkat kelima, dari peringkat ketujuh pada 2019, dalam daftar negara dengan jumlah pengidap diabetes terbanyak di dunia. Jika tidak ada intervensi, angka ini diperkirakan akan terus meningkat dan dapat mencapai 643 juta pada 2030 dan 784 juta pada 2045.
Sementara itu, Duta Besar Denmark untuk Indonesia Lars Bo Larsen menyatakan seperti tertulis dalam kerja sama, yakni dalam government-to-government memorandum of understanding (G2G MoU) mengenai kerja sama antara Indonesia dan Denmark dalam bidang kesehatan, pihaknya sangat mendukung pemerintah Indonesia.
"Melalui kesepakatan tersebut, yang ditandatangani tahun lalu, kami akan mendukung segala upaya tata kelola kesehatan masyarakat Indonesia dalam perawatan diabetes, yang pada akhirnya diharapkan akan menurunkan angka komplikasi yang disebabkan oleh diabetes," ujarnya.
Lars Bo Larsen mengatakan pada tahun 2021, IDF telah membagikan rekomendasi untuk melakukan capacity building bagi dokter umum di puskesmas dan memperluas kewenangan mereka untuk melakukan terapi insulin dan melakukan perawatan diabetes secara komprehensif untuk mendukung pasien dalam mengontrol gula darah dan mencegah komplikasi.
Pelatihan ini dilaksanakan akan diintegrasikan ke seluruh tingkatan layanan kesehatan. Dokter spesialis endokrin di fasilitas perawatan tersier akan berpartisipasi dalam training-of-trainers (ToT) program untuk melatih internis. Sementara itu, internis di tingkat sekunder, juga akan berpartisipasi dalam program ToT untuk melatih dokter umum di tingkat dasar.
Adapun modul dan pelatihan yang dilaksanakan merupakan bagian dari implementasi G2G MoU dalam bidang kesehatan antara pemerintah Indonesia dan Denmark yang telah disebutkan sebelumnya.
“Kami sangat senang bahwa modul dan pelatihan akan diimplementasikan untuk memperkuat tata kelola kesehatan masyarakat Indonesia dan memberikan akses perawatan yang terjangkau kepada pengidap diabetes,“ ujar Lars Bo Larsen.
Sementara itu, Vice President & General Manager Novo Nordisk Indonesia Anand Shetty menyebutkan program peningkatan dan penguatan kompetensi tenaga kesehatan juga sejalan dengan strategi kesehatan nasional 2021-2024, khususnya pilar transformasi layanan primer, yakni edukasi masyarakat, pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan peningkatan kapasitas dan kapabilitas layanan primer.
“Secara global, tujuan kami adalah mendorong perubahan dalam diabetes. Oleh karena itu, Novo Nordisk Indonesia berkomitmen untuk meningkatkan pelayanan diabetes di Indonesia," ucapnya.
Anand Shetty menyebutkan pihaknya bermitra dengan Kemenkes, Kedutaan Besar Denmark, dan Perkeni untuk meningkatkan kesadaran dan edukasi mengenai diabetes, serta menyediakan akses dan penanganan yang lebih baik dan lebih dekat kepada pasien.
"Pelatihan tenaga kesehatan adalah elemen penting dari komitmen kami, yang akan ditingkatkan dengan kolaborasi ini. Dengan komitmen dan kolaborasi bersama, kita akan dapat meningkatkan taraf hidup penderita diabetes,” ucapnya.
Sementara itu, Ketua PP Perkeni Ketut Suastika mengatakan PNPK Tata Laksana Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa, dokter umum berfungsi sebagai gatekeeper yang membantu pengidap diabetes tanpa komplikasi.
Ketika pengidap diabetes mengalami komplikasi, kasus mereka akan ditangani oleh dokter penyakit dalam atau internis di fasilitas kesehatan sekunder. Ketika komplikasi menjadi lebih serius dan rumit, pasien harus ditangani oleh dokter spesialis endokrin. Sangat penting untuk mengelola diabetes berdasarkan kapasitas dan kemampuan tenaga kerja medis.
"Kita perlu menerapkan program peningkatan kapasitas yang terintegrasi dan koheren melalui pelatihan terakreditasi untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas tenaga kesehatan," tukasnya.
Selanjutnya, Dirjen Tenaga Kesehatan Kemenkes Arianti Anaya mengatakan menjadi penting untuk menyediakan program pelatihan manajemen diabetes yang terakreditasi dengan kurikulum yang terstandarisasi.
Pelatihan yang kemudian akan dilakukan oleh lembaga terakreditasi, akan menghasilkan lebih banyak tenaga kesehatan profesional yang mempunyai kemampuan untuk melakukan diagnosa dan mengontrol diabetes.
“Saya mencanangkan kurikulum pengelolaan diabetes melitus tipe-2 sebagai kurikulum berstandar nasional," ujarnya.
Arianti menambahkan kurikulum tersebut akan dapat dimanfaatkan oleh seluruh lembaga pelatihan untuk meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan, khususnya bagi dokter umum yang mengelola diabetes melitus di puskesmas.
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kemenkes Elvieda Sariwati menambahkan komplikasi diabetes, terutama pada pembuluh darah dan sistem saraf dapat menyebabkan peningkatan angka kesakitan dan kematian, serta dapat menurunkan produktivitas pasien, juga secara tidak langsung, memengaruhi kondisi finansial mereka.
“Sekitar 74% pengeluaran pasien diabetes adalah untuk menangani komplikasi, bukan untuk obat-obatan. Untuk memastikan pengidap diabetes dapat mencapai target glikemik dan menghindari komplikasi, kami memerlukan kontribusi dari semua tingkatan layanan kesehatan," pungkasnya.