Setiap Minggu 1 Pesawat Jumbo Jet Jatuh di Indonesia, Isinya Ibu Hamil Semua

Oleh : dr.Sitti Noor Zaenab, M.Kes.

art-18mar-2Judul tulisan ini menggambarkan bahwa setiap minggu di wilayah Indonesia ada sekitar 300 lebih ibu mati/meninggal karena hamil, melahirkan, dan nifas. Bayangkan setiap minggu ada 300 nyawa ibu melayang yang dalam setahun identik dengan 52 kali pesawat jumbo jet jatuh dan penumpangnya mati semua. Dan yang melayang itu nyawa sungguhan, siapa yang peduli? Sepertinya biasa saja, tapi pernahkah anda membayangkan kalau yang kena musibah itu adalah anda sendiri atau keluarga dekat anda? Bagaimana kesedihan dan rasa kehilangan yang dialami? Yang lebih membuat miris lagi adalah kenyataan bahwa sekitar 60% kematian itu sebenarnya bisa dicegah (avoidable). Penggambaran di atas menggunakan angka "absolut", tetapi selama ini kita sering hanya menggunakan angka"rates".

Seperti kita ketahui bahwa di tahun 2015 kita harus bisa mencapai target MDG 4 yaitu kematian bayi (AKB) sebesar 23/1000 KH, dan target MDG 5 yaitu kematian ibu (AKI) sebesar 102/100.000KH. Menurut SDKI (Survei Demografi Kesehatan Indonesia) AKI tahun 1991 sebesar 390/100.000KH, turun menjadi 228/100.000KH pada tahun2007. Apakah kita bisa mencapai target 102/100.000KH pada tahun 2015 yang tinggal 2 tahun lagi?

Menurut Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc. Ph.D, situasi Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Indonesia memprihatinkan, kematian ibu dan kematian bayi tidak menurun, justru meningkat di berbagai provinsi dan kabupaten/kota. Mengapa kita tidak awas pada kematian yang meningkat? Apa yang kurang tepat selama ini? Apakah kesehatan ibu dan anak bukan merupakan isu penting? Dengan latar belakang seperti itu, terlihat bahwa selama ini sistem monitoring kinerja program KIA hanya menggunakan angka "rates" bukan angka "absolut". Angka "rates" ini merupakan hasil dari berbagai survei, dan survei yang menggunakan metode berbeda akan membuahkan hasil yang berbeda pula. Dengan hanya mengandalkan data survei yang berupa rates, program KIA menjadi tidak riil karena hanya berhadapan dengan gambaran angka, tidak sempat membayangkan bahwa yang mati itu adalah manusia nyata. Penggunaan data rates juga berarti selalu ketinggalan dengan kejadian riil di lapangan. Mengkonkritkan program KIA menjadi penting karena selama ini sistem kesehatan dan segala programnya jarang yang berani menggunakan penurunan kematian ibu dan kematian bayi sebagai tujuan terukur. Kita tidak tahu bagaimana menghubungkan penurunan kematian ibu dan kematian bayi dengan program. Akibatnya dalam pelaksanaan program KIA tidak ada pacuan (peningkatan adrenalin) untuk para pelaku kegiatan.

Di Provinsi DIY dan Provinsi NTT dilakukan kegiatan dengan menggunakan data absolut untuk meningkatkan adrenalin para pelaku kegiatan. Di NTT program dilakukan sejak tahun 2010 dengan bertumpu pada program Sister Hospital, sementara di DIY dilakukan pada tahun 2012 dengan menggunakan model surveilans respons dan peningkatan perhatian pada kejadian nyata kematian ibu dan kematian bayi. Kedua provinsi ini juga menata sistem rujukan dengan mengembangkan manual rujukan KIA.

Berangkat dari permasalahan dan pengalaman tersebut maka pada tanggal 8 dan 9 Maret 2013 Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) FK UGM dalam rangka Annual Scientific Meeting (ASM) 2013 FK UGM, menyelenggarakan Semiloka mengenai: Penggunaan data Kematian "absolut" untuk Peningkatan Kinerja Program MDG 4 dan MDG 5 di level kabupaten/kota. Semiloka ini bertujuan merumuskan model penggunaan data absolut untuk meningkatkan kepedulian dan memacu adrenalin pelaku kegiatan KIA, dan mengenalkan manual rujukan KIA di level kabupaten/kota. Juga membahas keuntungan dan kerugian menggunakan data absolut dalam konteks penghitungan rates.

Semiloka ini sangat menarik karena para pembicara adalah para pelaku dan pengambil kebijakan di daerah, seperti Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTT dan Provinsi DIY, Kepala Dinas Kesehatan kabupaten Ende dan Kabupaten Kulon Progo, Direktur RSUD Bajawa dan RSUD Panembahan Senopati Bantul. Tampil sebagai pembahas utama adalah para pakar di bidangnya yaitu: Dirjen Bina Gizi dan KIA Kementerian Kesehatan yang diwakili oleh dr.KiranaPritasari, MQIH., pakar manajemen kesehatam Prof.dr. Laksono Tisnantoro, M.Sc, Ph.D., pakar epidemiologi Prof.dr. Bhisma Murti, MPH, M.Sc., dan pakar KIA Prof.dr.Endang Basuki, MPH. Acara ini dibuka dan ditutup oleh Dr.dr. Ova Emilia, Sp.OG (K), M.Med.Ed selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Kemahasiswaan, dan Alumni FK UGM.

Menurut dr.Sarminto, M.Kes (Ka.Dinkes DIY) keuntungan pemakaian angka absolut adalah bahwa angka bisa diperoleh bulanan sehingga lebih mudah dipakai untuk memantau perkembangan program, tetapi angka rates juga punya kelebihan yaitu angka lebih bisa dipercaya karena berdasar survei. Hal tersebut didukung pula oleh dr.Hambang Haryatno,M.Kes (Ka.Dinkes Kulon Progo), bahwa nilai positif dari penggunaan angka absolut adalah dapat dengan mudah diamati peningkatan atau penurunannya tanpa perlu melihat jumlah kelahirannya, artinya dapat secara actual menunjukan progress angka kematian. Angka absolut lebih cocok digunakan untuk analisis dalam wilayah, kenaikan satu angka saja sudah berarti atau berpengaruh bagi suatu wilayah, dan intervensi terhadap kejadian kematian Ibu dan Bayi dapat langsung ditindak lanjuti. Adapun nilai positif dari penggunaan angka rates yaitu bagus untuk membandingkan dengan wilayah lain. Juga penggunaan angka rates lebih adil karena secara proporsional menghitung jumlah kematian dengan jumlah penduduk / kelahiran hidup. Pendapat-pendapat tersebut dilengkapi pula oleh dr. Johanes Don Bosco Do, M.Kes. (Ka.Dinkes Ende) bahwa angka absolut sangat cepat untuk digunakan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Sedang angka rates cocok untuk penentuan target kinerja program.

Dari semiloka ini ada beberapa hal yang disimpulkan bersama yaitu:

  1. Penggunaan angka absolut dan rates keduanya dibutuhkan bersama-sama
    • Angka absolut untuk melihat secara cepat kasus kematian dan memberi respon cepat di suatu wilayah. Juga melihat secara nyata (berapa kepala/nyawa yang hilang) dari tahun ke tahun. Bisa memacu adrenalin!!
    • Angka rates dipakai untuk membandingkan antar wilayah yang berbeda, dipakai untuk respon terencana.
  2. Untuk mengurangi kegaduhan sewaktu menghadapi kedarurutan obstetri perlu menata sistem rujukan KIA dengan menyusun manual yang jelas dan berdimensi lokal, dengan menyertakan sumber pendanaannya yang jelas.
  3. Konsep Surveilans Respons penting sekali diterapkan dalam program KIA, terutama deteksi kasus kematian ibu dan bayi, dan konfirmasi kasus dalam kegiatan AMP
  4. Jumlah kematian maternal cenderung menurun, tapi kematian neonatal masih tetap/cenderung meningkat
  5. Presentasi jumlah kematian yang bisa dicegah lebih tinggi daripada yang tidak bisa dicegah
  6. Untuk mengetahui permasalahan KIA dari hulu ke hilir dan menentukan intervensi yang tepat (yang berdimensi lokal/kab/kota) maka sebelumnya perlu melakukan Mapping Intervention
  7. Soft Skill tenaga kesehatan dalam berkomunikasi dan memberi informasi sangat penting dalam mensukseskan MDG 4-5
  8. RSUD mendukung MDG 4-5 (RS PONEK, RSSIB)

Upaya mempercepat penurunan kematian ibu dan kematian bayi dalam mencapai MDG 4-5, maka direkomendasikan:

  1. Dibudayakan penggunaan angka "absolut " untuk memacu adrenalin para pemangku kepentingan, disamping angka "rates"
  2. Perlu menata sistem rujukan KIA dalam Manual Rujukan KIA yang berdimensi lokal (kab/kota) disertai sumber pembiayaan yang jelas
  3. Begitu ada kasus kematian maka segera dilakukan AMP dan direspons segera dalam konsep Surveilans Respons
  4. Untuk menentukan intervensi yang tepat dari permasalahan KIA dari hulu ke hilir , maka perlu didahului dengan kegiatan Mapping Intervention yang berdimensi lokal (kab/kota)
  5. Perlu peningkatan soft skill tenaga kesehatan dalam berkomunikasi dan memberi informasi kepada para stakeholders
  6. Semua kegiatan harus dilengkapi Standar Operating Procedure (SOP), dan SOP harus dipatuhi.

Semoga ke depan dengan komitmen kuat, dan kerja sistematis dan terarah dari para pemangku kepentingan, pesawat jumbo jet berisi ibu hamil, tidak harus jatuh setiap minggu di wilayah Indonesia tercinta ini. Amin