"Metode Terintegrasi" (Sebuah Pendekatan Holistik dalam Mengurangi Risiko "Medical Errors" Pada Pasien Usia Lanjut)

Terdapat beberapa kasus dalam dunia kesehatan yang memiliki tingkat kompleksitas persoalan di atas rata-rata dan biasanya disertai oleh kondisi-kondisi yang tergolong khas dan unik. Kasus dengan jenis ini tentu saja menjadi tantangan tersendiri karena selalu menuntut tersedianya pendekatan penanganan yang berbeda jika dibandingkan dengan kasus medis lainnya, tingkat kehati-hatian yang ekstra, prosedur dan metode klinis yang rumit, profesionalitas dan tingkat keahlian dengan kualifikasi tingkat tinggi, serta model penanganan yang harus holistik/menyeluruh. Salah satu diantara beberapa kasus tersebut adalah pasien dengan usia lanjut.

Berbagai fakta spesifik yang khas dari pasien usia lanjut seperti perbedaan substansial kondisi medis masing-masing individu sehingga sulit untuk digeneralisir, daya metabolisme yang mulai menurun, perilaku ketidakpatuhan terhadap resep atau rekomendasi terapis (akibat dari indikasi "memory disorder") membuat proses penanganan medis menjadi lebih sulit. Bahkan kebanyakan dokter membutuhkan waktu yang sangat lama hanya untuk menentukan dosis dan kadar obat yang tepat bagi para pasien usia lanjut. Belum lagi masalah yang menyangkut potensi efek samping dari pola dosis polifasmasi. Oleh karena itu, persoalan yang menyangkut pasien usia lanjut perlu mendapat perhatian secara khusus.

Di Amerika Serikat (AS), persoalan yang berkaitan dengan pasien usia lanjut telah mendapat perhatian serius sejak beberapa tahun lalu. Bahkan pada tahun 1999, AS telah merekomendasikan kepada seluruh negara di dunia untuk mulai mempersiapkan dengan seksama kebijakan dan program jaminan kesehatan, kebijakan sosial hingga sistem ekonomi guna menghadapi perubahan komposisi demografis yang tengah terjadi saat ini dan masa depan. Faktanya, baik di negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia, jumlah warga usia lanjut terus meningkat, dan banyak diantaranya mengalami gangguan kronis serta mengidap penyakit degeneratif.

Dalam kondisi demikian, peran para spesialis geriatri, farmakologi klinis dan farmasi klinis menjadi sesuatu yang penting dan sangat dibutuhkan. Namun jumlahnya yang sangat minim merupakan persoalan tersendiri yang sampai saat ini belum teratasi dengan baik. Keseluruhan permasalahan tersebut bermuara pada sering terjadinya "medical errors" yang tentunya merugikan banyak pihak terutama pasien. Masih banyak lagi persoalan seputar penanganan medis terhadap pasien usia dini, termasuk tentang rendahnya akurasi hasil diagnose, perubahan farmakologis yang berkaitan dengan usia, kurangnya indikasi/bukti utnuk menyimpulkan resep obat-obatan yang tepat dan lain sebagainya.

Selanjutnya, artikel ini meskipun tidak mungkin hadir untuk menyelesaikan seluruh persolan yang meliputi pasien usia lanjut. Namun artikel ini akan berupaya berpartisipasi dalam mengurangi tingkat resiko "medical errors" dengan mengenalkan/mempublikasikan kembali tentang pendekatan metode terintegrasi (integrated methods) dalam penanganan pasien usia lanjut. Metode ini mensyaratkan adanya integrasi antara apa yang disebut sebagai "implicit method" dan "explicit method" serta harus mengakomodasi perkembanganan hasil penelitian dan temuan terbaru dan persfektif yang lebih futuristik. Tujuaannya untuk mengurangi resiko "medical errors" yang dapat disebabkan oleh kelemahan metode tertentu yang diterapkan secara parsial/terpisah dengan metode lain. Atau dapat diartikan, metode ini merupakan pengembangan dan sintesis dari berbagai metode yang telah digunakan sebelumnya di negara-negara berkembang.

Integrating Both Of Implicit and Explicit Methods

Kompleksitas masalah klinis, kebutuhan akan berbagai macam terapi, serta kerentanan pasien usia lanjut terhadap "medical errors", melahirkan kebutuhan akan tersedianya metode dan alat yang dapat membantu identifikasi penggunaan obat-obat bebahaya dalam proses pengobatan. Sejak tahun 1991 di AS telah dikembangkan oleh "Beers and Friends" seperangkat kriteria tentang bagaimana melakukan identifikasi terhadap obat-obatan yang tidak diperlukan atau yang memiliki manfaat berlebihan bagi para pasien usia lanjut.

Perangkat kriteria ini lebih dikenal dengan istilah beer's criteria, termasuk dalam jenis "explicit methods". Penentuan kriteria ini bekerja dengan pendekatan tingkat kesesuaian komposisi obat terhadap penyakit dan resiko efek samping, oleh penulis hal ini diistilahkan sebagai "medication approach". Disebut demikian karena berbasis pada "medication approach" metode ini memiliki kelemahan tersendiri. Misalnya bahwa dalam pengaplikasiannya ia kurang memperhatikan kondisi pasien yang meliputi tingkat kepatuhan terhadap resep atau terapi atau kesediaan pasien dalam menerima risiko tertentu dari obat yang diresepkan. Kelamahan lainnya adalah mengabaikan perbedaan tingkat kerentanaan pasien terhadap potensi efek samping dari kandungan zat dalam obat tertentu. Meskipun dewasa ini beberapa kelemahan dalam metode eksplisit ini dapat diatasi dengan ditemukannya berbagai tekhnologi dan alat baru yang dapat membantu dokter dalam mengurangi risiko kesalahan resep atau "medical errors" seperti "screening tools" .

Selain pemanfaatan alat berteknologi tinggi, kelemahan dalam metode eksplisit dapat diatasi melalui pengintegrasian dengan metode implisit. Metode ini lebih menkankan pada kondisi pasien dibandingkan pada obat atau penyakit. Oleh karenanya, metode ini jadi sangat bergantung pada kualifikasi dokter dan profesionalitas tenaga medis. Sementara keunggulan dari metode ini adalah lebih fleksibel dan mempertimbangkan kondisi khusus yang mungkin berbeda antara pasien yang satu dengan pasien lainnya. Artinya jika metode eksplisit berfokus pada faktor-faktor eksternal pasien seperti obat dan resep, mempelajari karakter penyakit dan alat bantu, maka metode implisit berfokus pada kondisi internal pasien.

Berikut disertakan tabel yang dapat membantu anda memahami pengetian dan ciri dari kedua metode tersebut :

Metode Implisit

Metode Eksplisit

Keuntungan :

  • Memungkinkan fleksibilitas pada individu pasien
  • Tidak memerlukan masalah yang harus ditetapkan sebelumnya
  • Konsistensi pendekatan untuk kasus-kasus individual
  • Dapat disesuaikan dengan sistem komputerisasi
  • Dapat menggabungkan informasi dari literatur yang diterbitkan dan konsensus ahli
  • Dapat dengan mudah digunakan untuk tujuan pendidikan, ulasan pemanfaatan obat, dan studi epidemiologi

Kerugian :

  • Tergantung pada pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan tenaga medis profesional
  • Lebih sulit untuk digunakan secara konsisten
  • Lebih sulit untuk mengukur hasil dengan cara yang sah dan dapat diandalkan
  • Tidak memungkinkan fleksibilitas pada individu pasien
  • terabaikannya beberapa masalah yang hanya mungkin diketahui pada saat dilakukannya pemeriksaan penuh pada pasien
  • diperlukan penetapan masalah terlebih dahulu.

Kesimpulan

Dalam rangka mengurangi resiko terjadinya "medical errors" dalam penanganan medis untuk pasien usia lanjut, diperlukan sebuah metode yang holistik dengan menggabungkan berbagai pendekatan serta senantiasa mengakomodir perkembangan/kemajuan hasil penelitian dan teknologi baru.

Baik dalam metode implisit dan eksplisit, keduanya memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Namun apabila proses penanganan pasien usia lanjut dapat dilakukan dengan mensintesiskan kedua metode tersebut, maka dapat dipastikan risiko terjadinya "medical errors" dapat diminimalisir.

Uraian tersebut di atas, tentunya bukan satu-satunya solusi yang diperlukan dalam menangani masalah pasien usia lanjut. Apa yang pernah direkomendasikan oleh Amerika Serikat pada tahun 1999 untuk mempersiapkan berbagai aspek yang terkait adalah langkah rasional yang layak dijadikan sebagai agenda utama. Termasuk didalamnya memperbanyak jumlah ahli dan pakar di bidang geriatrik serta adopsi teknologi-teknologi termutakhir yang dapat menunjang kinerja para dokter dan tenaga medis professional.

Oleh : Eva Tirta Bayu Hasri
Sumber : Flavola D., Onder G. (2009) Medication errors in elderly people: contributing factors and future perspectives. British Journal of Clinical Pharmacology.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2723202/pdf/bcp0067-0641.pdf