Menkes: investasi bioteknologi bangun sistem kesehatan berkelanjutan
"Ketika seseorang sakit, mereka berhenti bekerja. Kesehatan yang buruk menyebabkan hilangnya produktivitas dan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, investasi terbaik adalah investasi dalam kesehatan"
Jakarta (ANTARA) - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, pemerintah membuka pintu bagi investasi di bidang bioteknologi, bedah robotik, kecerdasan buatan, serta digitalisasi layanan kesehatan, guna mendorong inovasi medis, dan membangun ekosistem kesehatan yang lebih efisien serta berkelanjutan.
Budi menjelaskan, kesehatan bukan sekadar kebutuhan dasar, tetapi juga investasi terbaik bagi masa depan bangsa, dan teknologi harus membawa perubahan besar dalam layanan kesehatan nasional.
"Kita semua harus membawa hari esok ke hari ini dengan pemanfaatan teknologi mutakhir, termasuk penggunaan AI," katanya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis, (20/2).
"Ketika seseorang sakit, mereka berhenti bekerja. Kesehatan yang buruk menyebabkan hilangnya produktivitas dan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, investasi terbaik adalah investasi dalam kesehatan,” ujarnya.
Presiden Prabowo, katanya, memiliki komitmen untuk mewujudkan Indonesia Emas dan menciptakan negara maju, untuk itu bangsa Indonesia harus cerdas dan sehat. Pemerintah, dia melanjutkan, tengah menjalankan tiga program utama yang menjadi bagian dari transformasi sistem kesehatan nasional, sekaligus membuka peluang bagi sektor swasta untuk ikut berkontribusi.
Dia menyebutkan bahwa untuk menggapai hal tersebut, upaya-upaya yang dilakukan tidak cukup jika hanya bergantung pada pendanaan global. Oleh sebab itu, pihaknya mengajak sektor swasta untuk berkolaborasi, mulai dari investasi dalam riset dan produksi vaksin TB lokal, hingga pengembangan teknologi kecerdasan buatan untuk deteksi dini.
Adapun sejumlah upaya yang dilakukan, katanya, yakni layanan Cek Kesehatan Gratis bagi 280 juta penduduk, yang fokusnya adalah deteksi dini guna pencegahan penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, stroke, dan diabetes. Selain itu, pembangunan 66 rumah sakit di daerah terpencil, untuk memastikan layanan medis dapat diakses secara merata.
Sebagai negara dengan beban Tuberkulosis (TB) tertinggi di dunia, kata Budi, Indonesia juga menargetkan penghapusan TBC dengan mengoptimalkan teknologi diagnostik mutakhir. Pada tahun 2024, ujarnya, lebih dari 5 juta orang telah diskrining dan 870.000 kasus TB terdiagnosis.
Dia menilai, penyelenggaraan IFC Global Private Health Conference 2025 di Indonesia menunjukkan dukungan sektor swasta global terhadap transformasi Kesehatan yang Indonesia majukan dan determinasi untuk meningkatkan akses layanan medis bagi seluruh Masyarakat Indonesia.
"Di sisi lain, menunjukkan minat pelaku usaha dan investor global untuk menggerakkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan investasi di sektor Kesehatan," katanya.
Adapun Budi menghadiri the 10th International Finance Corporation (IFC) Global Private Health Conference yang berlangsung di Nusa Dua, Bali pada tanggal 18-20 Februari 2025. Konferensi ini baru pertama kali diselenggarakan di Asia dan Indonesia dipercaya untuk jadi tempat penyelenggaraannya.